Senin, 04 Agustus 2008

Bilangan Fu - Ayu Utami

Sastrawan muda Ayu Utami baru saja mengeluarkan karya novelnya yang terbaru berjudul “Bilangan Fu”. Terus terang aku belum pernah membaca karya Ayu Utami yang lainnya jadi tidak bisa membandingkan karyanya kali ini dengan karya-karya Ayu Utami sebelumnya.

Tokoh utama dalam “Bilangan Fu”adalah seorang pemanjat tebing bernama Yudha yang juga menjadi tokoh pencerita. Yudha adalah sesosok pemuda sinis yang hidupnya hanya berkisar di dirinya sendiri dan tidak terlalu peduli sekitarnya kecuali dalam soal pemanjatan tebing. Yudha mempunyai seorang pacar bernama Marja yang sangat pengertian akan kelakukan ajaib sanga pacar dan tentu saja selalu siap untuk memuaskan hasrat primitif Yudha. Selain itu ada juga tokoh pemuda misterius bernama Parang Jati yang akhirnya menjalin persahabatan dengan Yudha. Ketiga tokoh ini memiliki keunikan masing-masing. Ada peranan yang mereka mainkan, disini digambarkan kalau sosok Yudha sebagai sang yudas sementara Parang Jati adalah sang malaikat dan sosok yang paling mendekati manusia adalah Marja.

“Bilangan Fu” tidak hanya bertutur soal jalinan persahabatan dan cinta ketiga tokohnya saja tapi juga mengangkat soal keterbukaan pikiran soal kepercayaan, situasi sosial-politik masyarakat serta hubungan manusia dengan alam plus kisah mistis asli Indonesia. Kesemuanya ini diramu dalam latar belakang dunia panjat tebing yang sangat bebas. Dengan sangat lincah bak pemanjat tebing jempolan, Ayu Utami berhasil memadukan kejadian-kejadian nyata yang pernah terjadi di masyarakat dengan kisah urban legend lokal dan diselipi juga oleh fantasi-fantasi liar sang penulis untuk menjadi sebuah cerita yang sangat menarik .Dalam hal ini Ayu Utami tidak kalah lihai dengan Dan Brown dengan “The Davinci Code”nya. Bahkan Ayu Utami lebih berani dengan menyelipkan potongan-potongan berita yang sesungguhnya dari berbagai media massa nasional.

Sukar dibayangkan sebelumnya bagaimana legenda Nyi Roro Kidul bisa bersanding dengan kasus aliran Ahmadiyah. Belum lagi urban legend kampung seperti cerita hantu cekik berhubungan dengan isu bioterrorism yang bikin parno masyarakat modern. Semuanya itu dapat dihubung-hubungkan secara brilian tanpa menghadirkan kesan memaksa. Tapi ada sebuah peringatan penting bagi para calon pembaca buku ini, yaitu dimohon kepada para calon pembaca untuk mau membuka pikiran lebar-lebar karena dalam buku ini banyak isu-isu sensitif yang memerlukan pemikiran terbuka. Buku ini sangat tidak dianjurkan bagi mereka yang memiiki pola pikir sempit dan menjadi sangat haram bagi mereka yang sangat memfanatikan agama.

Sebetulnya apa Bilangan Fu yang menjadi judul itu sesungguhnya? Jawabannya bisa berbeda-beda tergantung hasil penafsiran kita setelah membaca cerita Ayu Utami ini hingga tuntas. Sepanjang pengalamanku membaca novel-novel karya penulis Indonesia, belum pernah saya temukan gaya berututur seperti Ayu Utami ini. Mungkin yang agak mirip tapi memiliki kelas yang lebih tinggi adalah karya-karya penulis legendaris Pramoedya Ananta Toer.

Tidak ada komentar: