Kamis, 29 November 2007

Blog 101

Tak terasa di blog ketigaku (inarciss.blogspot.com) ini jumlah tulisannya telah mencapai angka 101. Aku mengenal dunia blog tepat 3 tahun yang lalu yaitu pada November 2004, blog pertamaku itu kuberi nama Cuma Tulisan dengan alamat di http://inaif.blogspot.com/. Ketika itu aku ngeblog akibat efek dari kerajinan nonton seri Sex and The City. Disana sang tokoh utama Carrie adalah seorang penulis sebuah artikel untuk di surat kabar. Topik yang dibahas Carrie biasanya topik yang remeh temeh namun tetap menarik untuk dibahas. Kadang-kadang sambil ngopi di cafe, Carrie menulis artikelnya di laptop. Ketika menonton film tersebut aku membayangi enaknya jadi penulis lepas seperti Carrie tersebut yang tidak terikat oleh jam kerja. Berhubung agak mustahil untuk menjadi penulis betulan maka aku menggunakan media blog sebagai alat untuk menyalurkan cita-cita terpendam tersebut. Ternyata aku baru menyadari ternyata pekerjaan tulis menulis tidak semudah nampaknya apalagi kalau berposisi seperti tokoh Carrie yang pastinya ada deadlinenya. Tidak sampai sebulan ngeblog dan hanya menghasilkan 8 entri, aku langsung kehabisan ide dan tidak meneruskan lagi kegiatan tersebut.
Setelah kira-kira vakum dan melupakan kegiatan ngeblog tersebut, pada tahun lalu karena mendapat inspirasi dari temanku Riska, alu kembali mulai ngeblog. Kali ini aku ngeblog di blognya Friendster dan kuberi nama Inarciss karena semula aku hanya menulis seputar kenarsisan aku saja. Blog kedua ini dimulai dari bulan Desember 2006 dan rupanya kali ini aku sudah mulai niat menulis sehingga bisa bertahan cukup lama yaitu hingga bulan Juni 2007. Pada blog kedua ini aku mulai timbul obsesi lamaku untuk menjadi penulis kelas kampung sehingga aku mulai rajin untuk memposting tulisan aneka topik. Saking semangat dan senangnya menulis di blog hingga menjadi suatu addict, malam-malam sebelum tidur biasanya aku mulai sibuk memikirkan kira-kira akan membahas apa di blog besok. Walaupun sudah jadi addict kadang-kadang ada masa jenuhnya juga, ada juga suatu saat dimana aku mati ide sehingga sama sekali tidak punya topik untuk ditulis. Biasanya hal tersebut timbul akibat kepadatan kerja atau juga mood yang memang sedang kurang baik. Setelah 7 bulan ngeblog di friendster aku mulai merasa blog yang disediakan friendster kurang bisa didandani sehingga aku memilih untuk kembali menggunakan blogspot seperti blog pertamaku. Akhirnya setelah ngeblog selama 7 bulan dan telah menghasilkan 103 postingan terpaksa aku harus mengumumkan kepindahanku ke blogspot.
Walaupun pindah nama Inarciss tetap aku pertahankan karena aku sudah menganggap Inarciss adalah trademarkku. Sekarang aku sudah menjalani kegiatan ngeblog di inarciss.blogspot.com selama 6 bulan dan sudah memasukan posting ke-100 kemarin. Untuk saat ini aku belum punya rencana untuk pindah alamat lagi karena sudah merasa puas dengan fasilitas yang disediakan blogspot.

Rabu, 28 November 2007

Selamatkan Combro

Topik yang lagi hangat dibahas oleh media saat ini adalah mengenai tuduhan pencurian seni budaya asli Indonesia oleh negara tetangga kita tercinta Malaysia. Sebetulnya Malaysia ngga salah-salah amat lantaran Indonesia dan Malaysia mempunyai akar budaya yang hampir sama dan juga Indonesia yang konon kaya akan seni budaya sepertinya gagal menjaga asetnya dengan baik sehingga membuat negara tetangga kita tersebut ngiler ingin mencuri. Mulai dari lagu daerah, kain batik hingga seni Reog Ponorogo telah diakui Malaysia sebagai budayanya. Memang sudah waktunya kita mulai peduli terhadap berbagai warisan budaya asli kita sebelum budaya tersebut dicuri dan diakui bangsa lain.

Membicarakan budaya asli aku tidak akan membahas topik yang berat-berat karena takut ngga nyampe ilmunya. Topik yang akan kita bahas sekarang ini mengenai makanan tradisional khas sunda yaitu combro alias oncom dijero. Aku rasa penganan combro ini termasuk makanan tradisional khas tanah sunda sebab aku tidak pernah menemukan combro di tempat lain (kecuali Jakarta yang masih tetanggaan). Combro yang terbuat dari parutan singkong campur kelapa dan pakai filling oncom pedas ini hampir bisa dijumpai di tukang gorengan di berbagai daerah di tanah sunda ini. Combro berisi oncom, oncom sendiri juga merupakan jenis makanan khas sunda juga. Jadi resmilah kalau combro merupakan salah satu heritage cuisine sunda.


Kembali ke masalah curi mencuri budaya, sudah saatnya pemda Jawa Barat untuk mempatenkan Combro dan Oncom. Jangan sampai ada pacik dan macik negeri jiran yang menyenangi combro tiba-tiba mendapatkan ide untuk mengembangkan combro di negerinya. Gimana mungkin combro yang berbahan dasar oncom ini bisa jadi jajanan khas Malaysia? Ya mungkin aja, tempe aja udah dipatenin negera lain jadi bukan ngga mungkin kalau oncom dan combro juga tiba-tiba diakui negara lain.


Mumpung belum terlambat, marilah kita selamatkan combro kalau perlu kalau ada warga asing (kecuali orang Malaysia) yang datang kenalkanlah mereka dengan combro biar mereka tahu kalau combro adalah makanan khas Indonesia atau Jawa Barat khususnya...

Selasa, 27 November 2007

Eleven Minutes - Paulo Coelho

Eleven Minutes adalah sebuah kisah cinta model "Pretty Woman" menurut rekaan pengarang novel best seller Paulo Coelho. Untuk para penggemar kisah cinta ala Harlequin maka jangan harap akan mendapatkan romansa manis yang mudah dicerna sebab kisah cinta yang disampaikan Paulo Coelho yang terkenal melalui karyanya "The Alchemist" ini tidak sedangkal kisah cinta buku Harlequin yang memang mudah dicerna. Karya Coleho kali ini memang agak lain dari karya-karya sebelumnya yang biasanya karena kali ini tema yang diangkatnya adalah tema orang dewasa yaitu seputar persetubuhan, judul Eleven Minutes atau Sebelas menit sendiri mengarah pada durasi rata-rata perbuatan tersebut dilakukan. Namun bukan berarti Eleven Minutes ini melulu hanya membahas seputar hubungan badan saja, tapi juga membahas mengenai cinta, kehidupan dan tentu saja tema favorit Coelho yaitu seputar mimpi-mimpi.
Eleven Minutes mengisahkan tentang seorang gadis bernama Maria yang berasal dari keluarga sederhana di pedesaan Brazil. Seperti pada umumnya gadis-gadis remaja, Maria juga mengalai masa-masa puber, jatuh cinta dan juga patah hati. Rasa patah hati yang menyakitkan membuat Maria tidak mempercayai cinta sejati lagi. Maria yang sadar bahwa dirinya dianugerahi kecantikan raga yang bisa imanfaatkannya untuk mendapatkan apa yang diingini. Ketika beranjak dewasa, Maria memutuskan pergi merantau guna mencari penghasilan sendiri dan juga untuk membantu keuangan orang tuanya. Hasilnya Maria diajak seseorang untuk bekerja di Eropa tepatnya di Swiss sebagai seorang penari. Ternyata penghasilannya sebagai penari tidak terlalu besar maka Maria memutuskan untuk mencari jalan lain yang dapat menghasilkan uang lebih banyak. Jalan yang diambil Maria tersebut adalah dengan menjadi seorang wanita penghibur atau tepatnya pelacur di sebuah club bernama "Copacabana".
Pengalaman Maria sebagai pelacur digambarkan dengan detail oleh Coelho sehingga pembaca seolah-olah dibawa langsung di sebelah Maria untuk mengamati kegiatannya. Selama menjadi wanita penghibur Maria banyak bertemu dengan berbagai macam pria yang menjadi kliennya mulai dari pria yang sekedar mencari teman mengobrol hingga psikopat yang gila masochism. Dalam menjalankan pekerjaannya Maria juga tidak hanya mengandalkan fisiknya yang elok saja namun Maria juga berusaha mengisi otaknya dengan membaca berbagai macam topik seperti ekonomi, politik maupun pengetahuan umum lainnya. Tujuannya agar bisa mengimbangi obrolan kliennya yang kadang-kadang juga sering curhat seputar pekerjaan atau bisnisnya. Strategi ini memang membawa hasil karena klien Maria umumnya adalah para eksekutif kesepian yang tentunya akan memberikan tips yang cukup besar.
Setelah setahun menjalankan profesi gelapnya ini, Maria membuat rencana untuk kembali mudik ke Brazil. Uang tabunangnya sebagai wanita penghibur sudah cukup banyak dan Maria juga bercita-cita untuk membelikan tanah pertanian untuk keluarganya. Demi mewujudkan cita-citanya, Maria mempelajari aneka buku yang membahas seputar manajemen pertanian. Hingga pada suatu pagi ketka hendak membaca di sebuah kafe, Maria bertemu dengan seorang pelukis muda yang ngotot ingin melukis dirinya karena katanya sang pelukis melihat sebuat cahaya dari wajah Maria. Pelukis yang bernama Ralf Hart itu sebetulnya juga pengunjung setia club Copacabana namun mereka belum pernah berhubungan sebelumnya. Pertemuan dengan Ralf ternyata menimbulkan benih-benih cinta diantara mereka, emang sih kadang-kadang timbul gejolak akibat profesi Maria namun rupanya cinta mereka merupakan cinta sejati sehingga keduanya tidak lagi mempermasalahkan masa lalu masing-masing. Bukan cuma Maria yang memiliki masa lalu suram, Ralf juga ternyata pernah bercerai dua kali.
Kisah cinta klasik yang mirip film Pretty Woman namun berat ini memang berakhir bahagia namun banyak sekali kejutan-kejutan tak terduga di dalamnya. Buku ini memang buku bacaan untuk dewasa karena banyak sekali istilah-istilah yang hanya dimengerti oleh orang dewasa saja. Sehingga ketika membaca buku ini selain kita mendapatkan sebuah kisah cinta juga kita akan mendapatkan beberapa pengetahuan seputar sex tapi masih dalam koridor kewajaran karena isinya seperti yang biasa dijumpai dalam majalah sejenis Cosmopolitan.

Senin, 26 November 2007

Alat Jahit Portable

Barang-barang made in China yang benar-benar sudah mengekspansi pasar Indonesia. Peredarannya mulai dari pasar swalayan jaringan international hingga ke pasar tradisional becek dan bahkan sampai ke pedagang asongan. Jenis barang buatan Cina ini macam-macam jenisnya, kalau dulu barang made in China banyak yang berjenis bajakan barang-barang bermerk tapi sekarang ini mulai banyak juga barang-barang unik yang cukup inovatif juga. Seperti yang aku jumpai dalam sebuah bus kota, seorang pedagang asongan menjajakan sebuah alat yang dia klaim sebagai mesin jahit portable ha...ha...
Mesin jahit portable? jangan dibayangkan bentuknya yang sebesar mesin jahit beneran. Seperti yang bisa dilihat pada gambar di atas, mesin jahit portable atau sebetulnya lebih tepat disebut sebagai alat jahit ini bentuknya mirip dengan peralatan kantor yang disebut pengkokot (hekter, jepretan) namun dilengkap oleh jarum dan benang. Menurut penjualnya cukup mengeluarkan uang kecil Rp. 10.000 kita tak perlu lagi pergi ke tukang jahit. Sang penjualpun tak lupa mengadakan demo kecil-kecilan tentang cara dan penggunaan alat tersebut. Cara mempresentasikan promosi dagang jualannya bikin aku jadi penasaran dengan alat lucu tersebut. Aku iseng-iseng membelinya dengan tujuan bukan sama sekali untuk menjahit namun hanya sekedar iseng pingin tahu cara kerja alat tersebut. Seorang ibu disebelahku komen katanya percuma saja beli alat tersebut lantaran fungsinya sangat jauh dengan mesin jahit beneran tapi aku bilang kepada ibu tersebut tujuan aku membeli alat tersebut karena ingin tahu cara kerjanya.
Sesampainya di rumah aku langsung mencoba alat tersebut, rupanya setelah mempraktekannya sendiri aku harus mengakui kalau abang penjualnya memang jago berpromosi. Cara menggunakannya mirip menggunakan alat jepretan, kalau melihat demo yang dilakukan sang penjual di bis cara penggunaan alat ini nampak mudah namun setelah mencoba sendiri baru ketauan kalau cara penggunaannya tidak mudah dan hasilnya tidak sebaik seperti yang di demokan di atas bus. Selain itu seperti umumnya barang-barang made in China lainnya yang kualitasnya berbanding lurus dengan harganya, setelah beberapa kali dicoba sudah mengalami kerusakan ringan. Kerusakannya hanya lemnya saja yang lepas namun sebetulnya masih dapat difungsikan. Mumpung lemnya copot sekalian saja aku buka untuk melihat dalamnya, sebetulnya dalamnya mirip dengan jepretan hanya saja mengalami sedikit modifikasi dengan mengganti bagian atasnya dengan jarum jahit seperti yang dipakai untuk di mesin jahit sungguhan dan plus ditambah tempat benang di bagian sampingnya.
Secara ide, alat jahit mini ini cukup brilian. Kalau saja pembuatannya lebih diseriuskan tentu akan menjadi barang yang sangat berguna karena alat jahit seperti ini sebetulnya cukup praktis dan dapat digunakan untuk kegiatan jahit menjahit ringan seperti membuat tambalan. Kalau dulu Jepang terkenal sebagai bangsa yang inovatif maka sepertinya sebutan ini bakalan bergeser ke negara tetangganya China. Apalagi saat ini negara China juga sedang pesat-pesatnya membangun perindustrian.

Minggu, 25 November 2007

Laskar Pelangi - Andrea Hirata

Setelah membaca bagian kedua (Sang Pemimpi) dan bagian ketiga (Edensor) akhirnya aku berkesempatan juga membaca bagian pertama dari tetralogi karya Andrea Hirata ini. Buku pertama yang berjudul Laskar Pelangi ini menurut orang-orang telah memberikan inspirasi dalam hidup mereka maka dari itu aku jadi tertarik untuk membacanya. Tidak tahu aku yang bebal atau kurang sensitif, kesan aku akan buku ini tidak sedasyat seperti yang dibilang orang-orang dalam acara Kick Andy yang diputar Metro TV beberapa waktu lalu. Memang aku akui kalau buku ini bagus sekali namun tidak terlalu memberikan inspirasi besar buatku paling hanya kesan yang meningatkan aku untuk tidak pernah mengejar mimpi. Bahkan menurutku buku kedua Sang Pemimpi lebih inspiratif daripada Laskar Pelangi karena cerita di Sang Pemimpi lebih membumi. Ada kesan terlalu berlebihan dari kisah yang tertuang dalam Laskar Pelangi. Selain itu dalam buku ini Andrea gemar sekali menggunakan istilah-istilah biologi yang aga-agak malas untuk disimak, kalau ini cuma kesan negatif dari aku pribadi yang waktu jaman sekolah dulu selain tidak menyukai pelajaran mengarang juga membenci pelajaran biologi. Sekali lagi segala kesan ini tidak mengurang rasa kagumku pada kemampuan mengarang Andrea Hirata yang luar biasa.

Laskar Pelangi mengisahkan sepuluh orang siswa yang bersekolah di sebuah SD miskin yang bangunannya nyaris runtuh. Sebetulnya sekolah ini hampir ditutup apabila siswanya tidak sampai genap sepuluh orang namun disaat-saat terakhir datanglah Harus seorang remaja (bukan anak-anak) yang menderita keterbelakangan mental untuk bergabung di SD tersebut lantaran tidak ada SLB di pulau tersebut. Sama seperti Sang Pemimpi dan Edensor, bintang utama dalam kisah ini adalah Ikal, seorang bocah yang merupakan cerminan dari masa lalu sang pengarang sendiri. Ikal adalah murid yang pandai tapi bukan yang terpandai karena ada seorang anak jenius bernama Lintang yang selalu haus akan pendidikan walau untuk bersekolah dia harus bersepeda hingga puluhan kilometer jauhnya. Murid lain yang menonjol antara lain ; Mahar seorang calon seniman berbakat yang sayangnya kurang mnedapatkan apresiasi dari kawan-kawannya karena sering berlaku ganjil. Kucai, bocah juling yang tak pandai secara akademis namun jago berpolitik sehingga menjadikannya ketua kelas abadi. Borek alias Samson yang tergila-gila oleh akan keindahan raga. Sahara satu-satunya siswa perempuan pada saat sekolah baru dimulai. A Kiong anak keturunan Tionghoa yang menjadi musuh Sahara. Trapani anak manis nan ganteng yang cinta mati kepada ibunya. Syahdan yang lebih senang disuruh membeli kapur ke pasar daripada mengikuti pelajaran di kelas. Dan murid baru pindahan dari sekolah swasta yang mahal namanya Flo, gadis cantik yang berusaha melawan kodratnya sebagai wanita. Dan ada sosok yang dengan setia membimbing anak-anak tersebut yaitu Ibu Muslimah yang biasa dipanggil Ibunda Guru oleh para siswanya


Perjuangan bocah-bocah pedalaman ini dalam menuntut ilmu dalam suasana yang serba kekurangan dirangkai dalam cerita yang seperti permen nano-nano kadang mengharukan, kadang menggemaskan dan tak jarang lucu sekali. Kenakalan-kenakalan khas anak-anak bisa membuat kita tersenyum-senyum tapi dilain waktu kita dibuat terharu oleh perjuangan anak-anak tersebut dalam menembus segala keterbatasannya. Namun seperti yang aku singgung diatas, ada juga kisah yang menurutku terlalu berlebihan seperti kemampuan Lintang mempelajari teori-teori rumit fisika. Bukan bermaksud meragukan kemapuan jenius alami Lintang namun rasanya bagi anak SMP apalagi di daerah yang ketersediaan infrastruktur pendidikan serta buku-buku pendukung yang terbatas, kemampuan ekstra luar biasa Lintang dalam menjawab soal-soal pada sebuah perlombaan Cerdas Cermat kampung seperti apa yang diceritakan Andrea sangat berlebihan. Mungkin ada unsur empati yang besar dari Andrea untuk tokoh Lintang yang cerdas namun tidak dapat meneruskan sekolah karena masalah yang klasik yaitu seputar kemiskinan.Pada bagian akhir cerita, dikisahkan apa yang terjadi pada anggota laskar pelangi dua belas tahun kemudian, ada yang sukses dengan cita-citanya, ada juga yang bernasib tragis, dan beberapa memiliki kisah cukup mengejutkan.


Aku juga merasa ada missing link antara Laskar Pelang dengan Sang pemimpi seperti tidak adanya teman laskar pelangi yang diceritakannya kembali di Sang Pemimpi. Selain itu ada tokoh di Sang pemimpi yaitu Arai yang diceritakan "diadopsi" dan disekolahkan oleh bapaknya Ikal ketika masih usia SMP namun sama sekali tidak muncul di Laskar Pelangi. Laskar Pelangi dan Edensor masih ada sedikit kaitannya yaitu seputar cinta pertama Ikal, Aling, beserta buku kenangan dari sang gadis. Namun ada juga kejanggalannnya, di Edensor dikisahkan kalau Ikal pernah menjemput Aling di tokonya untuk naik komidi putar namun di Laskar Pelangi disebutkan kalau Ikal baru bertemu Aling dua kali yaitu pertama kali bertatap muka ketika hendak membeli kapur dan kedua ketika berkenalan secara resmi di dekat kelenteng. Ya sudahlah tak perlu pusing memikirkan kejanggalan tersebut, tak ada yang sempurna bukan... Jadi penasaran menunggu tetralogi terkahirnya Andrea yaitu Maryanah Karpov, sampai sekarang aku belum bisa membayangkan kaitan buku terakhir ini dengan tiga buku yang telah beredar sekarang.

Jumat, 23 November 2007

Ibu Lelly dan IBu Kurni - Pendekar Bahasa Indonesia

Setiap kali mengalami kesulitan dalam menyusun sebuah kalimat ketika membuat tulisan dalam blog aku jadi teringat kepada dua orang guru bahasa Indonesia yang pernah mengajar aku, tanpa bermaksud mengesampingkan peran guru bahasa Indonesia lain yeng pernah mengajariku. Keduanya adalah ibu Lelly Yulianti Spd guru bahasa Indonesia di SMA dan ibu Kurni Setyawati Spd MM dosen bahasa Indonesia waktu kuliah dulu. Yang membuat aku selalu ingat kepda mereka karena keduanya selalu menekankan prinsip kalau pelajaran bahasa Indonesia sangat perlu dan tidak kalah penting dengan pelajaran fisika, matematika atau bahasa Inggris. Maka tidak heran kalau ditangan mereka pelajaran bahasa Indonesia juga jadi serumit pelajaran fisika.
Bu Lelly sangat menyukai sastra sehingga sering kali aku mendapatkan tugas mengarang puisi dan menyusun sebuah prosa. Atau tidak jarang kita diberikan tugas untuk menganalisa makna dari suatu puisi karya sastrawan terkenal yang kata-katanya bersayap-sayap dan "ajaib". Sebagian besar siswa SMAku yang memang jago di bidang eksakta sering kali mati kutu dalam pelajaran bahasa Indonesia, mereka bilang mendingan menganalisa soal-soal fisika daripada disuruh menganalisa puisi. Aku yang dari SD dulu tidak menyukai pelajaran mengarang atau kegiatan tulis-menulis lainnya tentu saja sangat membenci pelajaran bahasa Indonesia saat itu. Jadi ngga heran kalau nilai bahasa Indonesiaku ketika jadi muridnya bu Lelly sangat minim bahkan kalah oleh nilai matematikaku. Memang benar nasihat orang-orang yang bilang jangan terlalu benci nanti malah cinta buktinya sekarang aku jadi gemar menulis di blog.
Bu Kurni lain lagi modelnya, beliau ini boleh dibilang sebagai polisi bahasa karena sangat menjunjung tinggi penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah perbahasaan yang berlaku. Tidak jarang dalam bu Kurni sering mengkoreksi langsung penggunaan bahasa mahasiswa yang salah ketika berbicara, mungkin bu Kurni sangat mengidolakan Pak Jus Badudu. Bu Kurni memang tidak terlalu menyukai sastra seperti bu Lelly namun bukan berarti aku bisa bernafas lega lantaran bu Kurni punya hobi memberikan tugas yang nampak sederhan namun sebetulnya susah yaitu menjelaskan arti suatu kata. Contohnya seperti "becak" yang bila di deskripsikan menjadi "Alat transportasi beroda tiga yang digerakan oleh tenaga manusia dengan cara dikayuh". Untuk mendeskripsikan kata benda masih gampang karena bisa kita bayangkan bentuknya yang susah kalau sudah harus mendiskripsikan kata sifat atau kata kerja. Biasanya kalau mendapat tugas seperti ini para mahasiswa berbondong-bondong mengunjungi perpustakaan untuk menyontek kamus besar bahasa Indonesia. Saat itu aku sering bersungut-sungut sendiri karena sebagai bukan mahasiswa jurusan sastra Indonesia kenapa harus sebegitu seriusnya belajar bahasa Indonesia. Sama seperti waktu diajar bu Lelly, nilai mata kuliah bahasa Indonesiaku juga minim tapi syukurlah masih dapet C jadi tidak perlu mengulang lagi.
Ada lagi kesamaan antara bu Lelly dan bu Kurni yaitu mereka berdua sama-sama sangat keras dalam menegakan disiplin para siswa. Jangan harap bisa masuk kelas apabila datang terlambat ketika pelajaran bahasa Indonesia walau hanya beberapa menit saja sehingga keduanya jadi cukuip disegani. Mungkin karena keduanya sangat disiplin sehingga karir keduanyapun tidak hanya jadi sebatas guru atau dosen saja namun juga menduduki posisi yang lumayan tinggi di institusi pendidikannya yang anehnya agak-agak mirip. Bu lelly menjabat sebagai Wakasek atau Wakil Kepala Sekolah sedangkan bu Kurni adalah Purek atau Pembantu Direktur. Pembantu Direktur di tempat kuliahku dalah jabatan yang sama seperti Pembantu Rektor di Perguruan Tinggi lain. Entahlah apa hubungannya antara penggunaan bahasa Indonesia yang baik dengan kedisiplinan dan kelancaran karirtapi begitulah kenyataannya.
Dulu aku memang membenci setengah mati pelajaran bahasa Indonesia dibawah bimbingan kedua guru tersebut tapi sekarang justru aku menyesal karena dulu aku tidak begitu serius menyimak pelajaran mereka. Seandainya dulu aku mau lebih bekerja keras dalam pelajaran bahasa Indonesia bu Lelly yang mengagungkan sastra tentunya isi blogku saat ini pasti bisa lebih indah untuk disimak serta lebih kaya dengan bahasa yang lebih puitis. Dan begitu juga kalau mata kuliah bahasa Indonesia bu Kurni lebih aku simak maka penggunaan bahasa Indonesiaku dalam blogku ini lebih benar yang terangkai dalam susunan kalimat yang rapi dengan mengikuti kaidah SPO.

Kamis, 22 November 2007

Dorce - Penghibur Tergokil

Sudah aku bilang kalau minggu ini temanya Ladies Week dan sekarang aku juga akan membahasa seorang "perempuan " penghibur paling top di Indonesia yaitu Dedi Yuliardi Ashadi alias Dorce Gamalama. Baiklah seharusnya tanda petiknya sudah dibuang karena Dedi Yuliardi Ashadi sekarang sudah tidak ada lagi dan secara resmi telah bertransformasi jadi Dorce Gamalama. Dorce ini memang betalenta besar seagai entertainer sejati dia bisa jadi penyanyi, pemain film bahkan pembawa acara. Sebagai penyanyi Dorce pandai menyanyikan lagu apa saja mulai dari dangdut sampai lagu mandarin. Main film pernah di lakoni pada awal karirnya. Namun yang paling sering sekarang ini sebagai pembawa acar Talkshow yang berjudul "Dorce Show" dan acara wisata berjudul "Dorce Jalan-Jalan".

Menurutku kegiatan Dorce yang paling menarik adalah sebagai pembawa acara "Dorce Jalan-Jalan" yang biasa ditayangkan setiap hari minggu pukul 9.30 pagi. Biasanya sepulang gereja aku sarapan aku menonton acara tersebut, pada mulanya cuma iseng-iseng karena pada jam tersebut di TV lain tidak ada acara lain yang lebih yang bagus. Lama-lama aku malah jadi tertarik lantaran acara jalan-jalan yang dipandu Dorce ini lain daripada acara wisata sejenis. Yang membedakannya tentu saja sang pembawa acara, Dorce, yang berani tampil gila-gilaan. Mana ada pembawa acara waras lain yang bisa setampil segila Dorce tapi tetap enak untuk dilihat. Apalagi kalau ada acaea cicip-mencicip makanan, Dorce tanpa malu-malu sering menyantap makanan tersebut dengan gaya bebas seperti layaknya makan di rumah. Dorce juga sering mengaku kalau dia sangat doyan jengkol dan petai, pada sebuah episode ke Thailand ada acara jalan-jalan ke pasar tradisional disana dan rupanya ada penjual sayur yang menjual petai, Dorce langsung kalap membeli petai yang ukurannya seperti layaknya buah-buahan Thailand lainnya "bangkok" juga. Dorce ternyata ngga cuma berani gokil di Indonesia saja bahkan ketika jalan-jalan keluar negeripun di tak sungkan-sungkan melakukan berbagai kegilaannya.
Perjalanan ke daerah juga ngga kalah seru karena sering kali Dorce yang gemar jalan-jalan sendiri sering ini disambut secara meriah oleh penduduk sekitar, mungkin orang daerah jarang bertemu selebtitis secara langsung jadi begitu tiba-tiba melihat sosok yang selama ini hanya mereka saksikan di TV ya jelas saja bakalan heboh. Si gokil Dorce juga sering membuat repot krunya dengan kebiasaan ajaibnya yaitu menyetop kendaraan terutama mobil bak terbuka dan menaikinya. Setelah naik keatas mobil biasanya Dorce akan melambai-lambai tebar pesona. Atau kadang-kadang dia sering jalan-jalan sendiri di pinggir jalan, hal ini kontan menaik perhatian penduduk sekitar yang berebut menyalaminya, ujung-ujung kelakuan Dorce ini bisa bikin macet jalanan di tempat itu. Dorcejuga tidak cuma mengajak jalan-jalan penonton ke obyek wisata saja namun kadang-kadang kita juga akan diajak ke tempat lain yang tak pernah terbayangkan sebelumnya seperti pasar ikan. Wakti itu episode jalan-jalan di seputar Jakarta dan saking udah buntunya mencari ide mau kemana, Dorce mengajak penonton untuk nelihat tempat pelelangan ikan yang becek dan sepertinya sanga bau amis. Dalam kehidupan nyata tentunya sebagian besar penonton tidak akan pernah membayangkan akan ketempat itu berkat Dorce kita jadi tahu kegiatan yang berlangsung di tempat pelelangan ikan. Walaupun berada di pasar ikan yag becek dan bau, Dorce tetap saja gokil dengan menyanyi dangdut sambil joget di tengah-tengah pasar ikan dan alhasil kegiatan pelelangan ikan saat itu langsung terganggu karena seisi pasar sibuk menonton aksi Dorce. Itlah serunya nonton acara jalan-jalan ala Dorce, semuanya jadi serba meriah.

Acara jalan-jalan gokilnya Dorce itu juga sekarang mulai ditiru beberapa acara sejenis di TV lain bahkan pakai pembawa acara bule segala tapi tetap tidak ada yang sebagus Dorce bahkan kesannya terlalu berlebihan. Aku yakin gayanya Dorce yang asli gokil tapi bertalenta besar ini bisa membuat dirinya bertahan lama di industri hiburan Indonesia.

Rabu, 21 November 2007

Nisrina Nur Ubay - Guru Bahasa Inggris Kita


Bagi mereka yang mengalami masa TV hanya satu pilihan yaitu TVRI pasti masih ingat denga sosok seorang wanita paruh baya yang menjadi pembawa acara pelajaran bahasa Inggris di TVRI dulu, namanya adalah Nisrina Nur Ubay. Acara pelajaran bahasa Inggris ini dibawakannya bergantian dengan Bapak Anton Hilman. Aku ingat waktu itu masih sekolah TK dan SD, sebetulnya aku ngga ngerti juga dengan acara pelajaran bahasa Inggris yang dibawakannya maklum anak jaman dulu kan ngga seperti anak jaman sekarang yang dari sebelum TK udah diajarin bahasa Inggris. Walaupun aku ngga ngerti tapi penampilan bu Nisrina yang cukup trendy untuk ukuran jaman itu bikin aku senang menyimaknya. Gaya rambut keriting mekar, blouse berenda dan kacamata sebesar tatakan gelas yang biasa dikenakan bu Nisrinah jelas lagi in banget di dunia permodean tahun 80an. Dalam bayanganku waktu itu penampilan bu Nisrina mirip penampilan seorang sekretaris ideal, yang menurut aku saat itu adalah profesi bergengsi bagi seorang wanita selain pramugari dan polwan. Secara memang ngga ngerti juga dengan acaranya jadi aku ngga bisa terlalu banyak komen soal acara bahasa Inggris yang dibawakannya di TVRI namun nampaknya beiau sangat menguasai bidang yang ditanganinya itu. Sempat juga bu Nisrinah mengisi kolom pelajaran bahasa Inggris di majalah entah Bobo atau Kawanku (aku tidak begitu ingat pasti namun salah satu diantara keduanya).

Gimana ya kabarnya Bu Nisrina sekarang ini? Coba cari tahu informasinya di internet tapi tidak ada yang menceritakan kegiatan beliau saat ini. Padahal program seperti pelajaran bahasa Inggrisnya ibu Nisrinah itu masih perlu lho, mungkin buat anak-anak kota yang dah jago bahasa Inggrisnya tidak akan tertarik tapi masih berguna untuk turut mencerdaskan anak-anak di desa yang belum ada lembaga kursus bahasa Inggrisnya. Lagipula program pendidikan seperti ini lebih bermanfaat daripada acara sinetron busuk perusak moral. Selain berguna bagi anak-anak desa juga berguna bagi para pramuwisma atau siapa saja yang ingin memperbaiki nasib dengan bekerja di luar negeri sebagai TKW/TKI. Paling ngga dengan mengerti bahasa Inggris sedikit-sedikit para pekerja migran kita ini tidak akan dibodohi oleh agen atau majikannya. Selain itu Puteri Indonesia yang bakalan ikut kejuaraan kecantikan sedunia atau Miss Universe Pageant juga harus diberilan kursus privat langsung bersama bu Nisrina supaya ngga malu-maluin lagi nyebut Indonesia is a beautiful city.

Tapi sebetulnya yang perlu pelajaran bahasa Inggris dari Ibu Nisrina Nur Ubay bukan cuma anak-anak di desa atau calon TKI ataupun calon peserta miss Universe tapi juga seluruh rakyat Indonesia termasuk para pejabatnya yang ngaku udah jago bahasa Inggris. Contoh paling nyata adalah istilah busway. Di Jakarta ini ada sebuah moda transportasi baru yang berbentuk semacan bus namun mempunyai jalur sendiri. Nama resminya sebetulnya adalah bus Transjakarta tapi lebih populer dengan sebutan busway, sehingga nama jalan khususnya itu adalah jalur busway... Bu Nisrina kebingungan berat lantaran menurut sepengetahuannya busway berarti jalur bus tapi kenapa jadi nama angkutannya??? Kuatir dirinya telah pikun, bu Nisrina segera menelepon rekan sesama pembawa acara program bahasa Inggris di TVRI dulu yaitu Bapak Anton Hilman namun Pak Anton pun ikut bingung juga. Karena penasaran beliau pergi ke Gramedia untuk mencek isi semua kamus Inggris-Indonesia mulai dari yang mahal hingga yang termurah untuk mengetahui apakah kata "way" itu sekarang punya arti baru. Ternyata menurut semua kamus yang ada di Gramedia kata "way" masih bekutat seputar jalan atau jalur atau cara. Lantaran semua orang termasuk sang pengagas moda transportasi baru ini menyebut kendaraan tersebut sebagai busway akhirnya Bu Nisrina menyerah, beliau menyimpulkan kalau busway artinya bus yang punya jalur (way) nya sendiri.

Kalau bu Nisrina baca blog ini juga beliau akan terkakak-kakak mentertawakan penulisnya yang kadang-kadang suka menggunakan instilah dalam bahasa Inggris yang tidak tepat penggunaannya. Maka dari itu aku sengaja tidak memasang foto bu Nisrina karena malu terhadap beliau...

Selasa, 20 November 2007

Pratiwi Sudarmono - Almost Astronaut

Beberapa bulan lalu negara tetangga kita tercinta Malaysia berhasil menempatkan salah seorang warganya di sebuah program luar angkasa atau singkatnya jadi astronot. Tambahan satu poin kemenangan lagi buat Malaysia atas Indonesia. Tapi sebetulnya jauh sebelum ini tepatnya 17 tahun lalu atau tahun 1985 Indonesia juga memiliki kandidat astronot dan hebatnya lagi kandidat dari Indonesia ini adalah seorang wanita yaitu Dr. Pratiwi Sudarmono. Sebetulnya masih ada seorang Indonesia lagi yang jadi yaitu Taufik Akbar namun kandidat utamanya yaitu Dr. Pratiwi.


Keterlibatan ibu Pratiwi dalam program luar angkasa ini atas kerjasama dengan NASA dalam rangka peluncuran satelit kebanggaan Indonesia, Palapa, beserta beberapa satelit lain dari berbagai negara. Rencananya misi diluncurkan pada musim panas tahun 1986 dengan menggunakan pesawat ulang alik Columbia. Ketika itu berita ini menjadi bahan perbincangan dimana-mana dan para kaum wanita saat itu sangat berbangga sekali bahkan sampai-sampai ibu Pratiwi Sudarmono ini disebut-sebut sebagai kartini modern. Aku yang waktu itu masih duduk di kelas 2 SD ikutan berbangga juga atas prestasi ibu Pratiwi ini hingga kalau ditanya besok gede mau jadi apa, aku langsung jawab mau jadi astonot biar bisa jalan-jalan ke bulan ho... sungguh cita-cita agung yang setinggi langit dalam arti yang sebenarnya. Tapi teman laki-laki di kelasku seolah tidak rela kalau calon astronot Indonesia yang utama adalah wanita bukan pria sehingga bila anak-anak perempuan sibuk membahas tentang pahlawan baru mereka ini anak laki-laki sering memberikan komentar-komentar miring.




Namun nasib berkata lain, sebelum penerbangan ke luar angkasa nya Ibu Pratiwi terlaksana sebuah musibah menimpa NASA yaitu salah satu pesawat ulang aliknya, Challenger, meledak tak lama setelah uplifted. Akibat kejadian ini, NASA membatalkan sejumlah proyek luar angkasanya termasuk program yang akan diikuti Dr. Pratiwi. Misi yang tertunda tersebut akhirnya batal karena NASA memilih untuk tidak menggunakan pesawat ulang alik lagi untuk membawa satelit sehingga otomatis gagal pula cita-cita ibu Pratiwi untuk jadi astronot pertama Indonesia. Bahkan sampai sekarang belum ada lagi orang Indonesia yang bisa mengikuti jejak prestasi Ibu Pratiwi bahkan akhirnya kita malah tersusul oleh tetangga kita yang norak itu Malaysia. Apakah orang Indonesia kalah pintar daripada orang Malaysia? Maaf Pa'Cik tidak juga sebab setelah kejadian meledaknya Challenger, NASA lebih memprioritaskan riset ilmiah yang tidak gratis. Diperlukan biaya sekitar 100-200 juta Dollar yang harus dikeluarkan negara yang mau berpartisipasi. Iyalah bagi Indonesia yang masih miskin kayanya sangat tidak pantas mengeluarkan biaya sebegitu besar hanya untuk sebuah prestisius semata.




Lalu kemanakah dr. Pratiwi sekarang? Rupanya sekarang beliau mengabdikan diri sebagai peneliti di bidang mikrobiologi di almamaternya Universitas Indonesia. Ibu Pratiwi tidak kecewa gagal terbang ke angkasa karena ada wanita Indonesia lain ternyata yang bisa terbang ke bulan yaitu Memes dengan lagunya "Pesawatku terbang ke bulan" hebaaat...hebaaat...




Sumber :






Senin, 19 November 2007

Titie Said - Ratu Film Indonesia

Kalau aku ditanya siapa ratu perfilman Indonesia? aku tidak akan menjawab Titi Kamal, Nia Dinata atau Christine Hakim tapi Titie Said... Siapa ya Titie Said? Kalau anda nonton bioskop sebelum film diputar selalu ada pernyataan dari Lembaga Sensor Film kalau Film tersebut telah lolos sensor dan perhatikanlah dibagian bawahnya selalu ada tanda tangan Titie Said sang ketua Lembaga Sensor Film. Beliaulah ratu film sesungguhnya karena diputar atau tidaknya sebuah film baik lokal maupun film impor berada dalam tangannya. Kalau Ibu Titie tidak suka dan tidak mau menandatangani pernyataan lulus sensor maka jangan harap film tersebut akan bisa beredar secara legal di bioskop-bioskop Indonesia. Nia Dinata boleh saja bikin film secanggih apapun atau Christine Hakim yang sudah kondang hingga keluar negeri namun tetap saja nasib mereka di Indonesia ini tetap ditentukan oleh Ibu Titie Said ini.


Setiap kali nonton film di bioskop sebelum film diputar aku selalu menemukan nama beliau terpampang di layar walaupun hanya beberapa detik saja. Ini telah aku perhatikan sejak bertahun-tahun. Sebagai penggemr film aku sering merasa kalau Ibu Titie Said ini sebagai orang paling beruntung di Indonesia karena beliau lah menjadi orang pertama yang melihat film-film yang akan beredar di bioskop. Keberuntungan ditambah lagi dengan dapat menyaksikan film secara utuh karena beliaulah yang akan menggunting adegan-adegan yang dirasa verboden ditonton masyarakat. Dalam alam fantasi liarku kadang sering kubayangkan kalau aku jadi Ibu Titie Said akan kukoleksi beberapa adegan yang kena sensor seperti misalnya adegan yang memperlihatkan pantat kencang Brad Pitt di film Troy. Tapi dalam kehidupan nyata seperti tidak mungkin Ibu Titie melakukan hal tersebut wong gambar pusar Fauzi Baadilah di poster film 9 naga aja kena sensor atau jangan-jangan malah sengaja kali ya supaya bisa menikmati keindahan perut sixpack Fauzi sendirian tanpa perlu membaginya dengan masyarakat umum.


Saat ini lembaga yang dipimpin bu Titie ini sedang mengalami gelombang protes dari para pekerja film Indonesia karena mereka menuduh Lembaga Sensor Film sering mematikan karya seni mereka sehingga para pekerja film Indonesia ini menuntut DPR untuk membubarkan LSF. Memang sih kadang-kadang LSF ini seperti tebang pilih, ada beberapa film yang dilarang beredar karena ada adegan yang dilarang namun di pihak lain ada juga film lain yang bisa beredar walaupun menampilkan adegan yang sama. Namun menurut aku sih lembaga sensor film masih sangat diperlukan karena walau bagaimanapun harus tetap perlu ada suatu badan yang mengawasi film-film yang akan beredar di masyarakat. Kalau badan semacam LSF ini sampai hilang bisa jadi layar bioskop Indonesia akan dibanjiri film-film sampah semacam filmnya Inneke Koesherawati dulu sebelum dia tobat. Aku ngga tau apakah LSF juga menyensor sinetron Indonesia? sebab semua orang juga tau kalau sinetron Indonesia itu dipenuhi sinetron-sinetron sampah yang dibuat tanpa menindahkan moralitas. Malah seharusnya sensor sinetron lebih ketat daripada sensor film bioskop sebab sinetron kan ditayangkan di layar TV secara bebas sehingga bisa ditonton siapa saja termasuk anak kecil yang tak didampingi orangtuanya. Berbeda dengan bioskop yang hanya dapat dimasuki oleh orang-orang tertentu saja. Mungkin Bu Titie Said perlu juga untuk membentuk badan serupa LSF yang khusus untuk mensensor sinetron, bisa dinamakan sebagai Badan Sensor Sinetron. Rasa-rasanya kerja LSS akan lebih berat daripada LSF karena sinetron Indonesia jumlah sangat banyak sekali.


Seandainya ada program pertukaran profesi maka aku ingin mengajukan diri untuk bertukar posisi dengan Ibu Titie Said ini. Wah rasanya pasti menyenangkan sekali bisa bekerja yang sesuai hobi. Kalau aku jadi Ibu Titie Said seluruh film horor akan aku sensor sebab aku benci film horor yang sering bikin aku kaget. Dan aku ngga akan menyensor segaal bentuk keindahan tubuh manusia seperti misalnya perut sixpack Fauzi Baadilah.

Minggu, 18 November 2007

Bu Siti - Menteri Talkshow


Kalau bulan lalu aku pernah tanpa sengaja hampir setiap hari menampilkan tulisan-tulisan yang berbau horror sehingga aku sebut saat itu sebagai Halloween Week maka kali ini dengan sengaja aku ingin menulis seputar perempuan-perempuan yang menarik perhatianku. Untuk kali ini kita sebut saja sebagai "Ladies Week". Setelah kemarin diawali oleh pembahasan mengenai buku memoir Meutya Hafid selama diculik di Irak maka kali ini aku akan membahas menteri favoritku yaitu Ibu Menkes. Diantara jajaran menteri sekarang yang sebagian nama maupun tampangnya tidak terlalu aku kenal ada sesosok menteri yang menurutku paling menarik yaitu Siti Fadilah Supari sang Menteri Kesehatan. Dalam tulisanku dalam blog ini sebelumnya aku pernah bilang kalau ibu menkes itu termasuk manusia narsis tapi bukan itu saja alasanku untuk membahasa beliau dalam blogku kali ini.


Secara pribadi aku memang tidak kenal beliau namun sejak pertama kali muncul sebagai menteri, ibu ini telah menarik perhatianku karena dalam kondisi atau acara apapun rambut bu Menkes ini selalu terlihat rapi jail. Berambut tebal dan hitam, bu Siti nampaknya mempunyai hait stylist sendiri yang siap setiap saat untuk menata rambutnya sehingga hampir tidak pernah rambutnya nampak awut-awutan walaupun berada di tengah kamp pengungsi rambut Bu Siti tetap akan terlihat tetap tersasak rapi.


Selain perkara rambut yang ciamik itu, Bu Siti menurutku juga punya wajah yang ramah penuh senyum dan cenderung jenaka, sangat jauh dari kesan serius yang biasanya dimiliki para politikus. Melihat sosok Dr. dr. Siti Fadilah Supari, SP. JP (K) ini segeralah terbayang wajah ibu dokter yang disenangi oleh para pasien. Sekali lagi saya tidak mengenal beliau secara pribadi namun hanya bayangan saja dari luar kalau bu dokter Siti ini adalah tipe dokter yang ramah terhadap pasien dan bukan ngga mungkin termasuk dokter yang tidak segan untuk bergosip ria dengan pasien.


Baiklah kita tinggalkan masalah praduga yang hanya khayalanku saja. Seperti yang pernah aku bahas sebelumnya kalau Bu Menkes ini sedah cukup lama punya acara talkshow sendiri yang ditayangkan beberapa stasiun TV termasuk MetroTV. Topik yang dibahas dalam acara yang dinamakan B4M (Bincang-Bincang Bareng Bu Menkes) ini tentunya tidak jauh dari masalah kesehatan. Memang aku pernah menyebutnya narsis namun apa yang dilakukan bu Siti ini merupakan terobosan baru dari seorang menteri yang ingin mendekatkan diri dengan masyarakat. Pendekatan yang dilakukan bu Menkes ini diupayakan agar tidak kaku seperti program-program propaganda pemerintah orba di TVRI dulu. Aku memang tidak rutin menonton tapi aku pernah beberapa kali melihat tayangan B4M ini kalau lagi tidak ada acara bagus di TV lain. Prasangka saya kalau bu Menkes ini orangnya kocak sungguh terbukti di acara ini apalagi B4M ini juga dipandu oleh dua orang kocak juga yaitu Kelik dan Denny Chandra. Pada B4M walaupun sebetulnya bu Siti sebagai Menkes pastinya memiliki pengetahuan seputar kesehatan yang sangat luas namun disini kadang-kadang memposisikan dirinya sebagai nasyarakat awam dengan memberikan beberapa pertanyaan seputar masalah kesehatan kepada nara sumber yang kompeten di bidangnya. Tak jarang pertanyaan bu Siti sangat naïf cenderung lucu. Dilain waktu Bu Siti berlaku seperti seorang guru yang sedang mengetes kemampuan anak buahnya dengan pertanyaan-pertanyaan. Yang kocak sering kali bu Siti berdebat ria dengan para pemandu acara yang memang berlatar belakang pelawak.


Rupanya bu Siti ini memang termasuk Menteri akademisi bukan politisi sehingga beliau benar-benar fokus menjalankan tugasnya sebagai menteri dan tidak seperti sebagian besar menteri lain yang lebih mengurusi masalah kepentingan kekuasaan parpolnya saja. Memang sih masih banyak pe-er masalah kesehatan yang belum tuntas diselesaikan bu Siti namun paling tidak bu Siti telah menunjukan niat dan kemauan untuk benar-benar melayani masyarakat. Maka dari itu bu Siti aku jadikan menteri favoritku saat ini.

Sabtu, 17 November 2007

168 Jam Dalam Sandera - Meutya Hafid

Setelah tsunami besar yang melanda bagian paling barat dari wilayah Indonesia di akhir Desember 2004 seolah-olah pemberitaan di media massa hanya berputar di seputar Tanah Rencong tersebut. Hal ini terus terjadi hingga bulan-bulan berikutnya hingga pada suatu saat di pertengahan bulan Februari tahun 2005 tersiar kabar kalau ada dua orang jurnalis Indonesia yang hilang di Irak. Jurnalis tersebut berasal dari stasiun MetroTV yang terdiri atas reporter Meutya Hafid dan juru kamera Budianto yang saat itu seang ditugaskan untuk meliput pemilu pertama di Irak pasca tergulingnya Saddam Husein. Perkembangan berikutnya sangat mengejutkan karena keduanya dinyatakan resmi menjadi korban penculikan setelah beredarnya rekaman video yang menggambarkan keduanya berada dalam todongan senjata dari pasukan Mujahidin yang mukanya tertutup. Media massa di Indonesia langsung gegar karena sebelumnya banyak korban penculikan di Irak yang tidak selamat. Untunglah Indonesia tidak terlibat dalam konflik di Irak ahkan Indonesia terrmasuk negara yang menentang agresi Amerika di Irak sehingga para penculik tidak menuntut apapun kecuali konfirmasi dari Presiden RI tentang status keduanya. Presiden segera tanggap bertindak dengan menjelaskan status keduanya dan menghibau untuk segera nelepas keduanya. Demi meluluhkan hati para penculikan imbauan tidak hanya disampaikan oleh Presiden saja tapi juga oleh keluarga kedua korban penculikan tersebut dan juga beberapa tokoh nasional. Setelah beberapa hari para penculik akhirnya memenuhi janji mereka dengan membebaskan kedua jurnalis tersebut. Akhirnya baik Meutya naupun Budianto bisa kembali ke pangkuan keluarganya masing-masing.


Setelah lebih dari dua tahun kejadian tersebut berlalu, akhirnya salah satu korban penculikan tesebut yaitu Meutya Hafid dengan berani membagi kisahnya kepada masyarakat melalui memoarnya. Saya bilang berani karena pastinya akan sangat berat bagi korban penculikan seperti Meutya untuk kembali mengungkitnya kejadian pahit tersebut apalagi sampai membukukannya. Di buku ini selain mencerikana kronologis kejadian, Meutya juga membagi beberapa hal-hal menarik di sekitar kejadian penculikan mereka itu yang tidak pernah kita ketahui sebelumnya. Tanpa banyak basa basi Meutya langsung tancap gas dengan langsung menceritakan detik-detik awal penyergapan mereka oleh beberapa orang yang mukanya tertutup di sebuah pom bensin di daerah Ramadi Irak. Sebetulnya tugas jurnalistik mereka untuk meliput pemilu di Irak telah selesai namun bos mereka di Jakarta meminta mereka masuk kembali ke Irak untuk meliput festival AsySyura. Nah pada saat memasuki kembali wilayah Irak ini kejadian penculikan tersebut terjadi. Dari detik pertama kemunculan pasukan bersenjata tersebut keduanya sudah sadar kalau mereka akan menjadi korban penculikan dan mereka hanya bisa pasrah akan nasib mereka selanjutnya.

Sama sekali tidak pernah terbayangkan leh Meutya yang sering membacakan berita tentang penculikan kalau suatu saat nanti dia sendiri yang akan menjadi berita. Dalam keadaan mata tertutup keduanya dibawa ke sebuah gue kecil di tengah padang pasir. Beruntung penculik mereka termasuk kaum Mujahidin yang cukup terpelajar dan sangat santun sehingga mereka memperlakukan korban penculikan tersebut dengan baik. Memang sih ada salah satu anggota penculik yang sepertinya berniat melecehkan Meutya namun berkat kegalakan Meutya si Sontoloyo tersebut tidak sampai berbuat terlalu jauh. Suasana kaku an tegang menjadi mencair saat penculik dan korban saling berinterasim rupanya sang penculipun masih memiliki sifat manuasiawi juga. Walaupun begitu Meutya melewati hari-hari yang sepi dan tak jarang menegangkan, disini pula kita diajak untuk mengetahui latar belakang Meutya melalui flash back. Meutya yang nyaris frustasi dengan janji-janji palsu sang penculik sempat ngambek namun akhirnya mereka di bebaskan juga. Rupanya proses pembebasan cenderung lebih menegangkan daripada proses penculikannya sendiri bahkan ketika sampai perbatasanpun ketegangan masih terjadi.

Sebagai seorang jurnalis, dalam buku memoarnya ini Meutya menanggalkan gaya menulis reporter berita. Disini Meutya menulis dari sisi seorang anak manusia biasa yang mempunyai emosi dan semuanya dibahasakan dengan “aku”. Dengan gaya ini memoir ini menjadi enak untuk disimak karena penonton bisa ikut hanyut dalam emosi yang dirasakan Meutya saat itu nulai dari takut, kesal, sungkan, bingung, frustasi, pasrah hingga marah. Di bagian akhir tulisannya Meutya seperti ingin mengingatkan para rekan jurnalis dengan berkaca pada kejadian yang dialamani untuk bisa menentukan batas kapan harus berhenti. Terkadang para jurnalis terlalu bersemangat mengejar berita yang eksklusif sehingga lupa batas dan lupa akan keselamatannya sendiri seperti contoh pada kasus tenggelamnya kapal Levina. Menurut Meutya kebanyakan jurnalis Indonesia termasuk dirinya sangat tidak memperdulikan kelengkapan penyelamatan diri seperti pada pengalamannya di Irak yang tanpa rompi anti peluru maupun helm atau dengan gagahnya sambil direkam gambarnya memegang pecahan bom yang masih mempunyai kemungkinan untuk meledak.

Pada bagian sisipan ada juga tulisan dari sang bos, Don Bosco Selamun yang menugaskan keduanya untuk kembali masuk ke Irak. Kisah Don Bosco pun tak kalah menegangkan dalam usahanya mencari jalan untuk membebaskan kedua anak buahnya tersebut. Terselip juga goncangan emosi sang bos yang kerena rasa bersalahnya sampai-sampai merasa dirinya sebagai bos yang bodoh.

Secara keseluruhan buku ini memang layak untuk disimak, di tangan seorang wanita tegar seperti Meutya peristiwa penculikan ini digambarkan tidak seseram seperti yang biasanya muncul dalam kisah-kisah sejenis bahkan terasa sekali banyak hikmah yang bisa dipetik pembaca. Bagi penggemar kisah –kisah suspense atau thriller jangan berharap kalau memoir ini akan seperti novel-novel ala Robert Crais atau Jack Higgins karena yang ditampilkan adalah fakta bukan fiksi jadi tidak akan setegang kisah adalam buku novel.

Jumat, 16 November 2007

Kirata = Kira-kira nyata

Kalau ada suku bangsa di Indonesia yang punya hobi menyingkat-nyingkat kata maka suku itu pasti adalah suku Sunda. Orang-orang Sunda itu sangat piawai menyingkat kumpulan kata-kata menjadi satu kata baru terutama mengenai makanan. Contoh yang paling klasik adalah Combro yang merupakan singkatan oncom di jero (oncom didalam), memang sih isinya combro memang oncom tapi dari mana sisipan huruf b nya ya??? Lebih make sense singkatan nama saudaranya combro yaitu misro yang berasal dari kata amis dijero (manis didalam). Ada lagi Batagor yang merupakan singkatan dari bakso tahu goreng dan colenak (dicocol enak). Bahkan sekarang ada beberapa jenis makanan baru yang berasal dari singkatan yaitu cimol yang kependekan dari aci dicemol atau ada yang bilang juga aci ngagoromol. Cimol ini merupakan dari pengembangan jajanan sejenis yang berbahan dasar aci yaitu cireng (aci digoreng dan cilok (aci dicolok). Penyingkatan kata ini bisa lebih komplek apabila jenis makanan yang sudah ada tersebut mengalami modifikasi seperti contohnya combring alias combro garing. sebetulnya combring ini bukan combro yang digaringin tapi hanyalah sejenis keripik yang memiliki citarasa seperti combro makanya dinamakan combro garing.

Urusan singkat menyingkat tidak hanya berputar di soal makanan saja tapi sudah merambah hingga ke berbagai bidang. Dalam bidang kesenian ada yang namanya Tarling atau gitar suling dari namanya ngga perlu dijelasin lebih panjang jenis kesenian apa ini. Beberapa tahun yang lalu di Bandung sempat terjadi demam belanja baju sisa ekspor yang dijual secara kaki lima di jalan Cibadak dan tempat itu mendadak terkenal dengan sebutan Cibadak Mol (Mall maksudnya) atau biasa disingkat jadi Cimol he...he... namanya mirip dengan nama makanan saudaranya Cilok dan Cireng. Masih dari kota bandung ada toko yang spesialisasinya menjual barang-barang bekas namun berkualitas dan nama tokonya adalah BaBe yang kepanjangan dari... Barang Bekas... ha...ha... Bandung sebagai ibukota tataran tanah sunda ini memang bisa disebut sebagai biang singkat-menyingkat.

Menyoal urusan singkat-menyingkat ini aku teringat akan pelajaran bahasa daerah dulu, berhubung aku SDnya di salah satu kampung di daerah kabupaten Sukabumi jadinya aku mendapatkan pelajaran bahasa Sunda. Pelajaran bahasa saerah termasuk pelajaran yang bikin boring para siswa sehingga sang guru harus pandai pandai menarik minat siswanya salah satunya melalui lelucon-lelucon dalam bahasa Sunda. Ada satu lelucon yang masih aku ingat sampai sekarang yaitu kirata, mirip bahasa jepang tapi bukan, lagi-lagi kirata ini adalah sebuah singkatan yang kepanjangannya adalah kira-kira tapi nyata. Kirata ini adalah berusaha mencari kepanjangan dari kata-kata yang sudah ada, umumnya yang dibuatkan kepanjangannya adalah kata benda. Kadang-kadang kepanjangannya itu memang benar dengan kenyataan tapi seringnya sih maksa seperti :
  • Korsi (kursi) = Cokor di sisi (kaki di pinggir), yang ini memang sesuai kenyataan karena pada umunya kursi memiliki kaki di pinggir (samping)
  • Semah (tamu) = Ngahesekeun nu boga imah (nyusahin yang punya rumah), yang ini ada benarnya sedikit kadang-kadang memang tamu sering nyusahin yang punya rumah
  • Tampolong (tempolong) = Tempa tempo ka kolong (lihat-lihat ke kolong), masih ada benarnya sedikit karena umumnya tempolong adanya di kolong ranjang jadi kalau mau mencarinya harus ngintip-ngintip ke kolong tempat tidur.
  • Jelema (manusia) = Merejel ti ema (keluar dari ibu), nah kalau ini walaupun kesannya vulgar namun beneran sesuai.

Kirata ini sebetulnya memang tidak ada dalam kesusastraan sunda tapi lahir karena kebiasaan orang-rang sunda yang gemar singkat menyingkat kata. tapi sepertinya perlu juga dikembangkan untuk memperkaya khasanah sastra.

Kamis, 15 November 2007

Rasa Cinta

Cinta itu rasanya manis sehingga membuat ingin selalu mengecapnya namun terlalu banyak makan manis akan menyebabkan sakit gigi.
Cinta itu rasanya asin sehingga bisa membuat kenikmatan hidup namun terlalu banyak makan asin akan membuat tenggorokan kering.
Cinta itu rasanya pedas sehingga dapat menghangatkan perasaan namun terlalu banyak makan pedas maka usus panas
Cinta itu rasanya asam sehingga bisa mensegarkan suasana namun terlalu banyak makan asam maka lambung perih
Cinta itu rasannya pahit tapi bisa membuat ketagihan namun terlalu banyak makan pahit maka lidah kelu
Cinta satu rasa itu akan menyakitkan


Hati mentah tanpa rasa disiapkan untuk perjamuan hidup
Koki perasaan meramu bumbu cinta untuk memberi rasa hati
Aneka rasa cinta akan membaur padu dalam wajan sanubari
Panas gairah asmara mengaduk rasa cinta hingga bergolak-golak mematangkan hati


Cinta yang rasanya nikmat itu adalah cinta yang kaya rasa
Harus ada rasa manis,asin,pedas asam dan bahkan pahit
Jika cinta terasa hambar pasti ada satu rasa yang kurang
Mungkin koki perasaan lupa memasukan satu rasa cinta
Jika rasa cinta terasa menyakitkan
Pasti koki perasan hanya memakai satu rasa cinta

Rabu, 14 November 2007

Gang Selot

Sengaja kemarin aku mengambil cuti sehari, tujuan utamanya sih pergi ke kantor Kecamatan untuk menyelesaikan urusan perpanjangan KTP. Urusan PerKTPan ini sekarang harus diurus langsung oleh yang bersangkutan dan tidak boleh diwakilkan atau "nitip" sama Pak RT lagi, secara kantor Pak Camat ini cuma buka dari hari Senin sampai Jumat saja jadi mau tak mau harus mangkir kerja. Pada awalnya terbayanglah keribetan urusan birokrasi dengan para pejabat lokal yang sama sekali tidak berkesan profesional namun kekhawatiranku tidak terbukti ternyata urusannya bisa langsung selesai kurang lebih 15 menit saja. Kadung sudah ngambil sehari penuh maka sisa hari libur aku manfaatin untuk melakukan perjalanan jajan nostalgia ke Gang Selot Bogor.

Gang selot merupakan sebuah jalan yang letaknya persis di sebelah SMAN 1 Bogor, tempat aku bersekolah dulu. Aku sebetulnya sudah lama kangen ingin mencicipi Baksonya yummy itu sejak lama namun sayang belum menemukan waktu yang tepat untuk mengunjungi kota seribu angkot tersebut. Akhirnya kemarin aku putuskan untuk berjalan-jalan ke Bogor dengan pertimbangan kalau hari biasa Bogor tidak semacet akhir pekan. Waktu jaman aku dulu keadaan gank selot ini termasuk kumuh dan full lalat tapi sekarang ini kondisinya jauh lebih baik paling ngga warung-warungnya dah mulai rapi dan populasi lalatnya juga dah mulai menurun. Biasanya aku jajan disini pada saat pulang sekolah sehingga ngga heran kalau sebagian besar waktu makan siangku waktu SMA ini aku habiskan di gang selot ini. Gang selot ini juga tempat favorit para siswa-siswa bandel yang sedang mabal dari kelas, aku juga termasuk siswa jenis ini. Memang kelakuanku di SMA yang sering bolos dan malas belajar berbanding terbalik dengan kelakuanku saat SD yang memang pelajar yang disiplin dan rajin.


Ada 2 makanan favoritku di gang selot ini yang pertama adalah Bakso dan Toge Goreng. Bakso sebetulnya yang paling aku suka namun makanan ini hanya bisa kunikmati kalau lagi awal minggu saja sebab harganya lumayan mahal maklum waktu SMA aku sudah ngekost dan dapat uang saku mingguan, sedangkan Toge Goreng jadi makanan favoritku dikala bokek sebab harganya murah tapi bikin kenyang. Rupanya aku datang di waktu yang tepat sebab anak-anak sma dan smp masih belum pulang jadinya suasana gang selot tidak terlalu ramai. Langsung saja kudatangi penjual bakso, favorit para pelanggan bakso ini adalah mie yamin dengan bakso tapi kalau dulu semuanya baik mie maupun baksonya dalam satu mangkok sekarang ternyata dipisah, satu mangkok berisi hanya mie saja dan mangkok satunya berisi bakso beserta kuahnya. Dengan menggunakan dua mangkok seperti ini tentu porsinya jadi tambah besar mungkin kapasitas tampung perut anak sekarang lebih besar daripada anak seangkatan aku. Sebetulnya aku lebih suka model jaman aku yang semuanya tumplek blek dalam satu mangkok karena porsinya lebih pas tapi soal rasa tidak banyak berubah masih sama seperti dulu. Selesai makan bakso aku ngaso-ngaso sebentar sambil memperhatikan tingkah anak-anak sekolah yang lagi makan disana, pasti mereka ini adalah anak-anak akan masuk siang atau sedang membolos seperti yang sering aku lakukan dulu. Biasanya penyebab utama kabur dari pelajaran adalah lupa ngga ngerjain tugas atau kadang-kadang juga malas ketemu gurunya dan untukku masih ada satu alasan lagi yaitu lagi ngidam pingin makan bakso gang selot. Kalau lagi ngidam berat aku suka bela-belain bolos karena kalau menunggu hingga jam istirahat atau pulang kadang-kadang sering gagal karena kalah bersaing dengan siswa lain yang beruntung dapat keluar dari kelas lebih dulu, bakso memang makanan favorit para siswa.

Sebetulnya perut ini sudah terasa kenyang tapi masih penasaran terhadap Toge Goreng maka akupun memesan Toge Goreng. Seingat aku, sulu penjual Toge Goreng adalah seorang ibu-ibu kurus tapi sekarang yang jualan adalah seorang pemuda mungkin penjual Toge Goreng ini telah melakukan regenerasi. Entah karena penjualnya lain atau mungkin juga karena efek kekenyangan makan bakso rasa Toge Gorengnya tidak seenak dulu. Tapi menurut aku sih karena sekarang penjuaknya sudah menggunakan kompor bukan kayu bakar seperti dulu, sebetulnya yang bikin sedep itu adalah efek dari asap hasil pembakaran kayu bakar. Sambil makan Toge Goreng aku pesan minum dari bapak penjual minuman yang sama seperti dulu, bapak yang aku lupa namanya itu bertampang mirip Telly Savalas sang pemeran Kojak. Sebetulnya aku ingin mengajak ngobrol bapak tersebut namun sang Bapak rupanya sedang asik membahas topik seputar bisnis tanah dengan seseorang. Sebetulnya masih ada makanan SMAku yang aku rindukan yaitu Mie Ayam Bejo tapi si Bejo ini jualannya di kantin sekolah jadi agak-agak susah untuk menyelundup ke dalam sekolah.
Tak terasa hingga tengah hari waktunya bubar sekolahan, Gang Selot segera penuh sesak oleh para pelajar yang perutnya keroncongan, sebelum terjebak dalam huru-hara perebutan tempat makan lebih baik aku menyingkir saja dulu. Sebelum pulang aku sempatkan untuk mampir di tukang gorengan di sebelah tukang minuman untuk membeli Tahu Slawi camilan kegemaranku dulu. Tahu Slawi itu adalah tahu yang diberi adonan aci (seperti untuk cireng) digoreng dalam minyak panas, rasanya top banget apalagi kalau baru keluar dari penggorengan. Uhmmm ternyata lumayan juga berwisata jajan nostalgia seperti ini, walapun yang dimakan cuma jajanan anak sekolah tapi rasanya jadi lain karena pakai tambahan bumbu nostalgia. Apalagi kalau pake teringat dengan acara taksir menaksir yang sudah umum terjadi di tempat jajan seperti ini. Kapan-kapan aku mau cuti lagi ah, kali ini aku mau berwisata jajan di bedeng Tarki, mudah-mudahan bedeng doyong itu belum runtuh.

Selasa, 13 November 2007

Edensor - Andrea Hirata

Edensor sebetulnya adalah nama sebuah desa di daratan Inggris raya sana yang terdapat dalam sebuah buku kenangan dari A Ling seorang gadis kecil yang merupakan cinta pertama Ikal. Karena Edensor maka Ikal bermimpi menaklukan Eropa dan ketika mimpi itu terwujud, Edensor bukan hanya sekedar desa khayalan namun nyata adanya. Edensor pula yang dijadikan sebagai judul buku ketiga dari tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.

Di buku sebelummnya Sang Pemimpi, Andrea menceritakan kisah masa remaja Ikal dan sepupunya Arai di SMA dan perjuangannya untuk bersekolah hingga perguruan tinggi, Edensor melanjutkan petualangan Arai menggapai mimpi di Eropa. Bila Sang Pemimpi bisa dinikmati tanpa perlu membaca buku sebelumnya Laskar Pelangi maka Edensor ini harus dibaca setelah membaca buku sebelumnya untuk mengetahui latar belakang kisahnya. Pada bagian terakhir buku Sang Pemimpi dikisahkan baik Ikal maupun Arai berhasil mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan ke tingkat Master di University de Paris Sorbonne maka kelanjutan petualang keduanya dapat disimak dalam buku ketiga ini. Pada bagian awal buku sebelum masuk ke kisah petualangan Ikal di Eopa, Andrea memberikan beberapa mozaik yang merupakan penggalan kisah dari masa lalunya yang nantinya akan terkait dengan beberapa kejadian di eropa secara tidak terduga. Buku ketiga ini masih bertutur mengenai kekuatan mimpi, dalam buku yang kisahnya diinspirasikan dari pengalaman sang pengarang ini, Andrea ingin mengajak pembaca untuk tidak pernah menyerah untuk mengejar mimpi-mimpi.


Selain ingin memotivasi pembaca untuk tidak menyerah dengan mimpi-mimpinya, Andrea juga memberikan beberapa humor segar nan cerdas seputar gegar budaya dan kenaifan anak kampung yang mendadak jadi warga Paris. Andrea juga dengan lancar menceritakan mengenai kepribadian teman-teman sekelasnya yang berasal dari berbagai latar kebudayaan. Ikal ternyata harus bekerja keras untuk bisa bersaing dengan teman-temannya yang memang sudah memiliki dasar yang kuat untuk mengikuti perkuliahan di universitas sekelas Sorbonne. Dan oh la la, Ikal si anak kampung ternyata berhasil jadi kumbang yang dipilih oleh seorang gadis Bavaria teman sekelasnya yang sosoknya layak jadi Miss Universe karena memiliki 3B (Brain, Beauty dan Behavior). Namun walaupun telah ketiban duren runtuh yaitu sukses jadi pria pilihan sang kembang kelas tanpa harus bekerja keras mendapatkannya namun hati Ikal rupanya hanya untuk A Ling seorang. Ada juga Famke seorang mahasiswa seni yang juga berprofesi sebagai model, gadis Belanda ini semula hanya bertugas menjemput Ikal dan Arai begitu menjejakan kakinya di Eropa namun akhirnya mereka menjalin persahabatan. Famke lah yang memberikan ide kepada keduanya untuk berkelling Eropa dengan cara mengamen. Ketika ide ini disampaikan Ikal kepada teman-temannya ternyata menjadi bahan pertaruhan diantara mereka.


Berpetualanglah Arai dan Ikal keliingi Eropa hingga mencapai Rusia dan bahkan menyentuh Afrika. Dalam petualangan mereka ini banyak sekali terjadi hal-hal ajaib yang tak pernah terbayang oleh mereka sebelumnya mulai dari makan daun plum hingga ketika nyaris dirampok oleh begal eropa mereka diselamatkan oleh seorang kakek yang ternyata berasal dari Indonesia. Bagi Ikal sebetulnya perjalanannya itu bukan sekedar untuk sekedar jalan-jalan keliling eropa namun ada misi lain dibalik itu. Misi tersebut yaitu berusaha mencari jejak A Ling sang pujaan hati yang konon terdampar juga di eropa. Berbekal berbagai info yang didapatkannya dari internet, Ikal mendatangkan tempat yang diperkirkan terdapat A Ling nya tercinta namun apa yang didapat adalah A Ling yang seorang nenek renta, A Ling sang pelacur dan A Ling yang merupakan merk obat kuat. Sampai akhir petualangannya Ikal gagal menemukan A Ling secara fisik namun Ikal menemukan behasil menemukan A Ling secara spiritual.


Setelah puas berpetualang akhirnya Ikal harus menyelesaikan tesisnya namun sang profesor pembimbing memutuskan untuk pensiun dan pulang kampung ke Sheffield. Demi menyelesaikan tesisnya itu terpaksalah Ikal harus pindah ke Sheffield Hallam University. Kota Sheffield ini tidak semenarik Paris sehingga tidak banyak yang dapat diceritakan Andrea seputar kegiatan Ikal di Sheffield. Sampai akhirnya ketika hendak Ikal mengunjungi rumah sang dosen untuk memperlihatkan tesisnya ternyata sang dosen belum tiba di rumah oleh sang nyonya rumah Ikal disarankan untuk jalan-jalan dulu. Maka berangkatlah Arai naik bis dari depan rumah sang dosen dan secara mengejutkan bis mengarah ke sebuah desa yang suasananya persis seperti dalam gambaran buku A Ling dulu. Ketika Ikal menanyakan nama daerah tersebut kepada seorang penduduk lokal dapatlah Ikal jawaban yang mengejutkan, nama desa itu adalah Edensor...

Senin, 12 November 2007

Gabus Pucung

Masakan betawi yang paling dikenal adalah soto betawi yang berisi jeroan dan berkuah santan kental dan soto betawi ini rasanya enak setara dengan kadar kolesterolnya yang juga tinggi. Sebetulnya ada juga satu jenis masakan betawi yang berefek samping ngga sejahat soto betawi yaitu Sayur Pucung Gabus atau disebut juga Gabus Pucung. Memang nama Gabus Pucung ini tidaklah setop markotop soto betawi namun rasa-rasanya tidak ditemukan makanan ini di daerah lain selain di kampung betawi terutama di daerah Bekasi. Saya baru pertama kali mencoba masakan khas betawi ini di sebuah warung makan yang spesialisasinya memang gabus pucung di daerah Harapan Indah Bekasi.

Dari namanya kita bisa langsung tahu kalau bahan baku utama Gabus Pucung ini adalah ikan gabus, sedangkan pucung adalah nama betawi dari kluwek. Selama ini aku tahunya ikan gabus itu temannya Peda, Teri, Jambal dan ikan asin lainnya ternyata ada juga masakan yang mengolah ikan secara langsung ini tanpa perlu melalui proses pengasinan dulu. Maka dari itu aku jadi penasaran ingin tahu rasanya ikan gabus yang dimasak dengan kluwek ini. Secara berbahan dasar pucung atau kluwek sepintas gabus pucung ini mirip rawon tapi dari segi citarasa tetap ada perbedaan. Kuah gabus pucung ini terasa lebih pedas karena terdapat irisan cabai rawit dan jahe. Ikan Gabusnya sendiri sepertinya sudah melalui perebus yang cukup lama dalam kuah pucungnya sebab rasa kuahnya benar-benar meresap hingga kedalam daging ikan. Pertama kali mencoba aku langsung jatuh cinta dengan masakan asli betawi yang katanya sudah nyaris punah ini.


Sambil menikmati lezatnya sayur gabus pucung aku mendapatkan beberapa fakta baru yang tidak aku ketahui sebelumnya yaitu aku baru tahu kalau ikan gabus itu semasa hidupnya tidak pernah berteman dengan ikan teri, kembung, pari, cumi-cumi dan udang karena ikan gabus sama seperti ikan jambal hidup di air tawar. He..he.. maaf ya atas ketidaktahuan aku ini sebab dulu aku membenci pelajaran biologi. Ikan gabus juga termasuk ikan yang sangat merdeka, mereka tidak terlalu senang diternak makanya sang penjual gabus pucung hanya mengandalkan dari hasil tangkapan para pengepul. Konon selain susah ditangkar ikan gabus juga susah ditangkap, untuk mendapatkannya para pengepul harus menyetrum ikan yang mempunyai kepala mirip lele ini. Aku tahu kalau kepala ikan gabus mirip lele karena waktu aku makan kemarin kebetulan aku dapat kepalanya. Mungkin karena proses memasaknya yang cukup lama jadinya kepala ikan gabus ini tidak sekeras kepala lele yang di pecel lele. Walaupun hidup di air tawar tapi rasa daging ikan gabus ini lebih mirip rasa daging ikan laut namun tidak terlalu amis.


Seporsi sayur gabus pucung dihargai Rp. 15.000, memang sepertinya cukup mahal untuk ukuran makanan warung namun bila dilihat dari rasa dan masakan ini termasuk langka maka harga segitu saya kira cukup wajar. Kenikmatan rasa sayur gabus pucung ini membuat aku lupa daratan, begitu dagingnya tandas aku langsung mengangkat batok kepala ikan gabus tersebut dan slrup...slrup... kuisap-isap batok kepala tersebut sampai-sampai aku kenagigitan ikan gabus tersebut. Yap saking asiknya mengisap kepala ikan malang tersebut tanpa aku sadari bibirku tersangkut oleh gigi ikan gabus yang lumayan tajam tersebut. Tapi secara keseluruhan sayur gabus pucung masakan warung Udin Ombo (Kalo gak salah gitu nama warungnya) di Harapan Indah Bekasi ini patut dicoba oleh siapa saja yang senang bersurfing lidah.

Minggu, 11 November 2007

Lions for Lambs

Bagaimana kalau Tom Cruise, Merryl Streep dan Robert Redford bertemu dalam sebuah film? Pastinya ekspetasi penonton adalah akan menonton sebuah film berat yang bermutu. Ketiga pemain film kawakan tersebut memang bertemu di sebuah film baru yang berjudul Lions for Lambs yang disutradarai oleh Redford sendiri. Film ini berkisah mengenai topik favorit orang amerika saat ini yaitu perang melawan terorisme. Bila anda mengharapkan sebuah film mengenai secret agent atau perang-pearangan maka anda akan salah besar karena Lions for Lambs ini dipenuhi oleh dialog-dialog dari para pemainnya jadi film ini adalah murni drama.

Ada 3 sketsa utama yang bisa dinikmati dalam film Lions for Lambs masing-masing sketsa didominasi oleh percakapan sepasang tokoh. Sketsa pertama menampilakan wawancara antara seorang wartawan senior Janine dengan Irving senator muda yang sedang naik daun. Sketsa kedua menampilkan seorang dosen idealis profesor Malley yang berusaha menumbuhkan kembali semangat belajar seorang mahasiswanya yang sebetulnya cemerlang namun malas. Dan sketsa terakhir dan juga yang menjadi benang merah kedua sketsa sebelumnya adalah mengenai Arian dan Ernest sepasang tentara amerika yang terjebak di wilayah musuh.


Janine diundang oleh senator Irving ke kantornya untuk melakukan wawancara eksklusif mengenai strategi terbaru, yang merupakan idenya sendiri, usaha amerika untuk memberantas terorisme. Ternyata ide Irving ini menurut Janine adalah ide lama yang pernah diterapkan di Vietnam yaitu mengorbankan beberapa peleton kecil kepada musuh sebagai tumbal yang nantinya menjadi alasan untuk melakukan ekspansi besar-besaran. Disinilah nurani Janine sebagai manusia harus berperang melawan profesionalisme nya sebagai jurnalis. Janine berdebat kencang dengan Irving mengenai strategi tersebut yang dinilai Janine sangat tidak manusiawi namun Irving punya argumennya sendiri bahwa sebenarnya diapun sedih harus mengorbankan tentara terbaiknya namun ini dilakukan untuk menyelamatkan nyawa jutaan rakyat amerika.


Todd si mahasiswa cerdas namun malas sedang menghadap profesor Malley dosennya. Malley berusaha menasihati Todd agar tidak membuang-buang potensinya dengan lebih serius belajar tapi Todd selalu ngeles dengan memberikan banyak sekali alasan. Hingga akhirnya profesor Malley bercerita tentang 2 orang mahasiswanya Ernest dan Arian, keduanya berasal dari keluarga imigran yang miskin bisa kuliah karena beasiswa tapi uniknya bukan berasal dari akademis melainkan olahraga karena itu sebetulnya secara akademis mereka tidak secerdas Todd namun mereka mempunyai semangat tinggi untuk menuntut ilmu. Pada suatu sesi perkuliahan mahasiswa ditantang profesor Malley untuk melakukan sesuatu yang berguna dalam hidup, Ernest dan Arian melakukan sesuatu yang mengejutkan sang profesor yaitu mendaftarkan diri menjadi tentara. Sebetulnya profesor Malley tidak setuju dengan ide keduanya namun Arian dan Ernest berkeras kalau mereka serius untuk mewujudkan ide tersebut karena sebagai kaum imigran mereka ingin berguna bagi amerika. Dan satu lagi alasan yang behasil menskakmat sang dosen adalah mereka berharap setelah pulang dari perang nanti mereka akan bisa kuliah S2 atas biaya angkatan bersenjata karena mereka tidak mampu membiayai sendiri kuliah S2 yang mahal tersebut. Cerita Malley tentang semangat Ernest dan Arian mulai bisa menggerakan pola pikir Todd agar bisa membuat dirinya berguna.


Jauh di Afganistan sana sepeleton pasukan amerika yang sedang terbang dibombardir tembakan oleh pasukan Taliban. Serangan ini membuat seorang tentara yang ternyata adalah Ernest jatuh dalam keadaan terluka, Arian sang sahabat memilih untuk melompat dari helikopter demi sahabatnya. Keduanya jatuh ditengah gurun salju dan dikepung oleh tentara Taliban. Ernest dan Arian ternyata termasuk pasukan amerika yang menjadi tumbal atas ide sentor Irving. Dalam keadaan terluka dan berada di tengah kepungan musuh Ernest dan Arian saling mendukung untuk tetap survive dan tidak menyerah begitu saja. Sebetulnya komandan pasukan telah berusaha menyelamatkan mereka namun cuaca buruk menghambat usaha penyelamatan tersebut. Akhirnya ketika amunisi telah habis dan pasukan Taliban makin mendekat, Ernest dan Arian sadar kalau mereka akan mati namun mereka ingin mati dengan cara yang terhormat. Adegan ini sangat mengharukan karena digambarkan Arian membantu Ernest untuk berdiri karena mereka ingin dalam keadaan berdiri ketika harus berhadapan dengan peluru-peluru pasukan Taliban.


Secara ide cerita memangg bagus namun ambisi yang besar rupanya tidak didukung oleh durasi yang mumpuni sehingga ceritanya jadi nanggung. Ketika penonton masih bertanya-tanya tiba-tiba penonton dikejutkan oleh berakhirnya film. Mungkin karena film ini lebih banyak didominasi oleh dialog daripada aksi jadinya akan sangat berat bagi para pemainnya untuk mengahafal dialog apabila dibuat hingga 3 jam. Jadi untuk endingnya penonton disuruh untuk membuat kesimpulannya sendiri, memang agak mengecewakan. Menurutku sketsa terbaik dari film Lions for Lambs ini adalah sketsa milik Ernest dan Arian karena sketsa mereka mengenai persahabatan sebetulnya sederhana namun sangat membumi dan lebih dapat memberikan kesan dibandingkan dengan sketsa Janine-Irvine yang sangat amerika dan sketsa Malley dan Todd yang agak membosankan. Kesetiakawanan Arian membuat dirinya yang sebetulnya bisa selamat nekat terjun untuk menemani sahabatnya Arian yang terluka di wilayah musuh.

Kamis, 08 November 2007

Mengejawantahkan


Ada satu kata dalam bahasa Indonesia yang setiap kali mendengar atau membacanya aku langsung takjub walaupun ngga ngerti artinya. Kata itu adalah "mengejawantahkan", rasa-rasanya kata tersebut sangat "berkelas" karena biasanya hanya digunakan dan diucapkan oleh orang-orang yang mempunyai pemahaman bahasa yang tinggi. Hampir tidak pernah aku mendengar kata itu dalam percakapan sehari-hari. Aku menemukan kata "mengejawantahkan" hanya di buku sastra, koran atau diucapkan oleh seorang pakar di televisi. Sampai-sampai aku ingin sekali-sekali menggunakan kata tersebut di dalam blogku ini supaya kesannya lebih nyeni dan berbobot.


Terus terang aku ngga ngerti artinya tapi sepertinya "Mengejawantahkan" berkata dasar "Jawantah", lagi-lagi aku makin gelap akan arti kata tersebut. Kumasukan kata "mengejawantahkan" sebagai keyword pencarian di Google dan voila hasilnya ada 13200 webpage yang menggunakan kata tersebut. Namun ketika kubuka halaman-halaman awal dari hasilnya, sama sekali tidak ada yang menerangkan artinya. Palingan aku dapat contoh contoh kalimat yang memakai kata tersebut seperti "Mengejawantahkan Kearifan Ekologis" atau "Untuk mengejawantahkan pemenuhan standar HAM Komnas HAM perlu mendesak...". Beberapa contoh kalimat tersebut ternyata masih belum dapat memberikan penjelasan yang jelas untukku. Mungkin seharusnya aku harus membuka kamus besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Balai Pustaka.


Dari contoh-contoh kalimat yang aku lihat di Google, aku mereka-reka artinya kurang lebih sama dengan "mewujudkan". Iseng-iseng aku cari arti bahasa inggrisnya di sederet.com
dan bahasa inggrisnya adalah "manifest, materialize". Oh jadi "Mengejawantahkan" itu bisa menggantikan kata "memanifestasikan". Hi...hi... lagi-lagi sebuah kata yang ngga terlalu aku pahami, mungkin ini akibat kata-kata tersebut bukan termasuk kata yang umum diucapkan sehari-hari.


Ternyata setelah seumur hidup menggunakan bahasa Indonesia tetap saja banyak kata-kata yang tidak aku mengerti. Memang ngga penting banget topik bahasan blogku kali ini tapi paling ngga aku sudah tidak penasaran lagi karena telah berhasil mengejawantahkan kata "mengejawantahkan" yang agung itu dalam blogku...

Rabu, 07 November 2007

Matahari Tak Pernah Ingkar Janji

Semburat jingga menghiasi ufuk timur
Matahari tak pernah ingkar janji
Janji yang diucap senja kemarin
Sebelum beristirahat di ufuk barat
Janji untuk datang menyingkirkan gelap malam
Kembali hadir membawa harapan baru
Menghangatkan setiap relung jiwa manusia

Perlahan namun pasti Matahari menegakkan dirinya
Hingga pada suatu titik persis diatas kepala
Saat itulah ia memberikan cintanya yang besar
Tulang manusia dibuatnya kuat
Jemuran dibuatnya kering
Bunga dibuatnya tersenyum

Namun kadang Matahari terlalu antusias
Membuat manusia kegerahan
Membuat pakaian kusam
Membuat Bunga layu
Tapi itu bukan salah Matahari kawan
Manusialah yang sering ingkar janji
Manusialah yang sering lupa bersyukur
Manusialah yang lalai menjaga buminya

Setelah menggapai titik tertinggi
Matahari kembali merunduk
Hingga menyentuh langit timur
Sebelum kembali tidur

Dengan bergelimang cahaya emas
Matahari berjanji akan kembali esok
Gelap mulai menaungi malam
semakin lama semakin gelap

Semburat jingga menghiasi ufuk timur
Matahari tak pernah ingkar janji...

Selasa, 06 November 2007

Lempar Petasan Sembunyi Tangan

Semalam sebelum tidur tiba-tiba aku teringat dengan sebuah dosa pada saat masa kecil dulu, sebuah kenakalan dari seorang anak manis yang tidak banyak tingkah. Entah kenapa aku tiba-tiba teringat dengan kejadian tersebut padahal itu sudah terjadi hampir dua dekade yang lalu. Dosa ini telah menjadi rahasiaku selama bertahun-tahun dan tak pernah aku ceritakan kepada siapapun hingga saat ini aku memutuskan untuk menuliskannya di blog.

Kejadian ini terjadi ketika aku duduk di kelas 5 SD. Jaman aku SD dulu murid duduk berpasang-pasangan dan pasangannya ditentukan oleh guru. Kebetulan aku mendapatkan teman sebangku murid terbadung di kelas, namanya Denny tapi biasa dipanggil DenDen. Mungkin pertimbangan guruku saat adalah murid badung cocok dsandingkan murid yang manis dan pendiam supaya tidak terjadi konspirasi kebadungan yang bisa bikin kerusuhan kecil di kelas. DenDen selain badung juga sangat usil, akulah sebagai teman sebangku yang paling sering menjadi korban kenakalannya. Ada saja keusilannya yang bikin aku gondok setengah mati seperti misalnya ketika baru masuk kelas dia tampak sibuk mengaduk-ngaduk isi tasnya sambil pura-pura mencari sesuatu, kegiatannya itu langsung menarik perhatianku. Begitu tau aku memperhatikan dia, DenDen mengeluarkan anak tikus dari tasnya dan melemparkannya kepadaku, alhasil aku kaget dan dan langsung melompat-lompat panik persis seperti sedang ajojing ala tahun 80an. Setelah itu DenDen pasti langsung menghiasi wajah tengilnya dengan seringai badung khasnya. Walaupun sudah gondok hingga keubun-ubun tapi aku tidak bisa membalas keisengan dan kebadungan DenDen tersebut, mengadu ke gurupun rasanya bukan solusi yang tepat karena DenDen termasuk tipe murid yang intimidatif dan ditakuti teman-teman sekelas.


Hingga pada suatu hari DenDen datang ke sekolah dengan membawa seikat petasan cabe rawit untuk dipamerkan kepada teman-teman sekelas, sebetulnya membawa mainan apalagi petasan dilarang oleh sekolah namun sepeti biasa tidak ada yang berani melaporkannya kepada guru. DenDen tentu saja tidak akan merasa betah hanya dengan pamer petasan saja tanpa melakukan keisengan. Ketika istirahat ia mulai melakukan aksinya nakalnya terhadap teman sebangkunya tercinta, kali ini dia pura-pura menyalakan petasan dan melemparkannya ke kolong bangkuku yang saat itu sedang asik membaca buku (murid teladan), aku langsung panik dan lari terbirit-birit. DenDen pun tertawa puas dan habis-habisan meledekku karena memang petasan yang dilemparkannya itu tidak ia nyalakan. Aku kembali masuk ke kelas untuk melanjutkan baca, saat itu murid lain sedang sibuk bermain-main di luar kelas termasuk DenDen yang sudah puas ngerjain aku. Kuambil petasan kecil bersumbu panjang tersebut dari kolong bangku, hatiku tergelitik ingin merasakan main petasan karena memang aku belum pernah main petasan sebelumnya karena memang dilarang oleh orang tuaku paling banter cuma main kembang api saja. Diam-diam kumasukan petasan tersebut kedalam tasku dengan niat akan aku coba nyalakan petasan tersebut untuk menjawab pertanyaan batinku tentang apa nikmatnya main petasan.


Sekembalinya dari istirahat, DenDen yang takut ketahuan guru telah membawa petasan sibuk mencari petasan yang habis dilemparkannya tadi di kolong bangku. Namun sampai guru datang dia masih belum menemukannya dan mulai agak panik. DenDen akhirnya menatap penuh tanya kepadaku, kubalas dengan sebuah senyuman penuh arti dan DenDen nampak mulai tenang karena berfikir aku telah menyingkirkan petasan tersebut. Sepulang sekolah aku mulai gelisah karena rasa penasaran ingin mencoba petasan DenDen tersebut tapi aku juga takut ketahuan orangtuaku.Akhirnya aku dapat ide brilian untuk coba memainkan petasan tersebut di perjalanan pulang sekolah, sekarang yang aku butuhkan korek api tapi itu bukan masalah karena papaku yang memang perokok sering menaruh korek api sembarangan.


Keesokan harinya aku pergi ke sekolah dengan berbekal petasan dan korek api yang keduanya aku sisipkan di kantong yang terletak di bagian dalam tasku. Hari itu seharusnya ada pelajaran olahraga tapi sang guru olahraga sedang berhalangan hadir dan tak ada guru olahraga penggantinya. Sebetulnya kita disuruh untuk berolahraga sendiri namun namanya anak-anak bukannya berolahraga tapi malah sibuk main-main sendiri. Ada yang main tali, ada yang sibuk kejar-kejaran, ada yang asik menggosip dan dan aneka macam kegiatan menghibur lainnya. Tiba-tiba aku tercetus niat gila untuk menyalakan petasan, setelah mengambil petasan tersebut dari tas, aku melakukan survey kecil-kecil mencari lokasi strategis untuk melaksanakan aksiku itu. Akhirnya kupilih di pekarangan yang ada dibelakang gedung kelas 6, pekarangan itu cukup sepi dan banyak ditanami pohon sehingga aku rasa cukup aman. Diiringin oleh irama dentuman detak jantungku yang deg-degan, tangan gemetarku akhirnya sukses menyalan api di sumbu petasan tersebut. Setelah menyalakan petasan pertamaku, bagaikan cheetah aku lari diam-diam namun kencang menjauh dari TKP, persis ketika petasan itu meledak aku tiba di toilet. Aku memutuskan untuk menenangkan diri di toilet yang memang sedang tak ada orang lain, saat itu aku merasakan sensasi lega yang luar biasa. Setelah tenang aku berjalan kembali kearah kelasku, saat itu wali kelasku sedang memanggil murid kelasku untuk masuk kedalam kelas.


Di dalam kelas itulah Ibu Wali Kelas menanyakan kami satu persatu secara sendiri-sendiri mengenai tempat dan kegiatan kami ketika petasan tersebut meledak. Sebuah sistem interograsi yang cukup efektif sebab kalau langsung menanyakan siapa yang melakukan peledakan tersebut tentu tidak ada yang mengaku. Anehnya bukannya takut karena bersalah, aku malah tenang dan menjadikan toilet sebagai alibiku. Alibiku diterima tanpa kecurigaan sedikitpun karena aku adalah si murid manis yang tidak akan melakukan kejahatan seperti itu. Malang bagi DenDen karena saat itu dia serta kedua konco bandelnya sedang jajan diluar pagar sekolah. Di sekolah kami hanya diperkenankan jajan di kantin, jajan diluar pagar apalagi pada jam sekolah merupakan sebuah pelanggaran. Karena takut ketahuan melanggar peraturan merekapun mengarang alibi masing-masing dan karangan mereka dengan mudahnya dapat diendus oleh Bu Wali Kelas yang saat ini sedang berakting sebagai detektif ulung. Rupanya ada beberapa murid juga yang ketika ditanya mengenai alibi, dengan suka rela memberikan informasi tambahan pada Bu Detektif Wali Kelas kalau sehari sebelumnya DenDen membawa petasan ke sekolah. Alibi yang lemah dan kesaksian beberapa teman yang mengatakan sehari sebelumnya DenDenlah yang membawa barang bukti tersebut ke sekolah menjadikan DenDen sebagai tersangka utama kasus peledakan petasan di sekolah. Mati-matian DenDen membela diri sampai akhirnya keluar pengakuan dari dirinya kalau saat itu dia sedang jajan diluar sekolah, dia melakukan ini karena kasus jajan di luar sekolah lebih ringan daripada kasus peledakan petasan, ibarat perbadingannya antara kasus penggelapan barang import dengan kasus peledakan bom yang tentu saja lebih berat hukumannya.


DenDen akhirnya dihukum berat oleh pihak sekolah sampai orangtuanyapun mendapat teguran keras dari pihak sekolah. DenDen sebetulnya curiga kepadaku namun ia tidak berdaya untuk memaparkan kepada Bu Detektif Wali Kelas karena siapa sih yang mempercayai anak bandel yang menuduh seorang anak manis melakukan tindakan kriminal. Setelah kejadian itu pada awalnya DenDen berubah menjadi anak baik-baik namun hanya bertahan beberapa minggu saja dan kembali menjadi nakal namun ada satu yang berubah. Sekarang dia tidak berani melakukan keisengan atau kenakalannya terhadap aku malah dia sekarang menaruh respek terhadapku karena akulah sebetulnya sang kriminal sejati.


Sekarang aku sadar kalau tindakanku itu sungguh pengecut, cocok sekali istilah lempar batu sembunyi tangan itu untukku. Ironisnya setahun kemudian ketika kelas 6 SD, aku menjadi perwakilan dari sekolahku untuk mengikuti lomba cerdas cermat P4. Seorang kriminal kecil yang pengecut menjadi jawara cerdas cermat P4 sampai akhirnya kandas pada tingkat penyisihan provinsi. Selain itu aku juga merasa bersalah terhadap DenDen kalau saja aku bertemu kembali dengannya sungguh aku ingin mengaku dosa padanya. Dan akupun berpikir tentang tipisnya batas antara pengecut dengan para kriminal sejati, para Kriminal itu sebetulnya hanyalah para pengecut sejati.

Senin, 05 November 2007

By The River Piedra I Sat Down and Wept - Paulo Coelho



By the river Piedra I sat down and wept.
There is a legend that everything that falls into the waters of this river
leaves, insects, the feathers of birds is transformed into the rocks that make the riverbed.
If only I could tear out my heart and hurl it into the current,
then my pain and longing would be over,
and I could finally forget.


By The River Piedra I Sat Down and Wept adalah sebuah kisah cinta terbaik yang pernah saya baca sampai sejauh ini. Sangat jauh lebih berkelas dibandingan kisah cinta dalam buku-buku roman sejenis Harlequin. Kisah cinta lama yang kembali bersemi dari sepasang anak muda yang telah terpisahkan oleh waktu dan jarak. Cerita mengambil visi dari sisi Pilar, seorang gadis desa yang tengah menuntut ilmu pada sebuah universitas di kota terdekat. Walaupun sudah pindah ke kota tapi pilar masih merasa bosan dengan rutinitas sehari-hari hingga suatu saat ia bertemu kembali dengan teman masa lalunya. Sebetulnya dulu mereka saling memendam cinta namun hubungan mereka terputus karena si laki-laki memutuskan pergi untuk melihat dunia. Si pria kini telah tumbuh menjadi pria yang tampan dan berkharisma, kembali untuk mengajak Pilar ikut dalam perjalanannya. Ketika Pilar menyetujui untuk ikut dengan sang pria tanpa disadarinya sebetulnya dia memasuki sebuah perjalanan spiritual yang akan mengubah jati dirinya.


Si Pria rupanya telah masuk seminari dan mendapatkan berkat berupa kemampuan untuk menyembuhkan orang sakit. Pertemuan kembali ini menumbuhkan benih-benih cinta lama kembali namun perjalanan cinta mereka tidak semulus yang diharapkan karena si Pria sendiri gamang untuk memilih jalan yang akan dipilih. Pilihan yang sangat sulit antara cinta terhadap Pilar atau mengabdi kepada Tuhan. Sebelum bertemu dengan cinta lamanya, Pilar adalah seorang gadis yang tidak terlalu mempercayai agama namun berkat perjalanan spiritual bersama sang Pria, kepercayaan Pilar terhadap Tuhan tumbuh seiring dengan berseminya cinta dihatinya.


Kisah cinta yang sederhana namun bermakna dalam dan dikemas dalam bahasa puitis yang indah. Cinta tidak hanya melulu hanya mengenai perasaan tapi juga pengorbanan dan pengampunan. Kisah cinta yang indah indah ini berakhir di sungai Piedra dan kisah ditutup dengan sebuah kutipan dari mazmur 137:


"If I forget you, O Jerusalem,
let my right hand forget its skill.
Let my tongue cling to the roof of my mouth,
if I do not exalt Jerusalem."