Sabtu, 03 Mei 2008

Bunuh Diri

Untuk urusan bunuh diri, persoalan mental bangsa memang tidak ada hubungannya dengan tingkat kecerdasaan penduduknya. Perbedaan kecerdasaan hanya mempengaruhi pada cara-cara yang dipakai untuk melakukannya. Lihat saja Indonesia dan Jepang yang secara tingkat kecerdasan penduduknya beda tapi sama-sama punya warga yang doyan bunuh diri. Bedanya kalau di Jepang bunuh dirinya dilakukan dengan cara yang canggih seperti dengan menghirup gas Hidrogen Sulfida buatan sendiri sedangkan orang Indonesia melakukan bunuh diri dengan cara yang masih primitif seperti membakar diri sendiri.


Di Jepang memang mempunyai tradisi bunuh diri yang disebut harakiri yang biasanya dilakukan apabila telah kehilangan harga diri. Kalau jaman dulu harakiri menggunakan pedang samurai tapi saat ini yang lagi ngetren-ngetrennya adalah bunuh diri dengan menggunakan Hydrogen Sulfide. Memang orang jepang pintar-pintar sehingga mereka bisa membuat sendiri Hydrogen Sulfide ini dengan menggunakan bahan-bahan yang terdapat di rumah. Hydrogen Sulfide ini rupanya bisa dibuat dengan mencampurkan berbagai produk untuk keperluan rumah tangga seperti cairan pembersih toiltet, detergent, garam mandi, dan bahkan shampoo... Sedangkan di Indonesia tradisi bunuh diri seperti ini sebetulnya tidak ada tapi rupanya himpitan kesulitan ekonomi membuat orang-orang Indonesia jadi buntu pikirannya. Tapi berhubung tingkat kecerdasan rakyatnya masih rendah jadi upaya bunuh diri ini masih dilakukan dengan cara konvensional yang umumnya sangat menyakiti diri seperti membakar diri, gantung diri, minum racun serangga atau melompat dari ketinggian. Kadang usaha bunuh diri ini gagal yang ada bukannya mati tapi malah cacat.


Beda tingkat kesejahteraan juga membuat perbedaan alasan bunuh diri. Di Indonesia sebagian besar orang melakukan bunuh diri karena permasalahan yang tak jauh dari problem kemiskinan. Ada ibu yang melakukan bunuh diri bersama anak-anaknya karena tidak kuat mendengar rintihan anaknya yang kelaparan, ada juga anak yang bunuh diri akibat malu nunggak SPP dan tak sedikit yang melakukan bunuh diri karena terlilit hutang. Sementara di Jepang alasan bunuh dirinya kadang terdengar tidak sespekta persoalan orang Indonesia. Contohnya saja ada seorang gadis muda yang bunuh diri akibat gagal jadi aktris atau seorang anak yang bunuh diri akibat sering dipalak di sekolah. Bagi orang Indonesia yang masih berkutat dengan urusan memenuhi kebutuhan dasar, mendengar alasan orang Jepang bunuh diri rasanya sangat lucu.


Tapi apapun alasannya bunuh diri bukanlah perbuatan terpuji apalagi kalau dalam melakukan usaha bunuh dirinya itu malah membahayakan orang lain. Seperti bakar diri yang bisa menyebabkan kebakaran satu kampung atau gara-gara satu orang bunuh diri dengan Hydrogen Sulfide di kamar mandinya sendiri menyebabkan orang seapartemen keracunan gas. Kadang hidup ini terasa berat tapi sebetulnya itu hanyalah ujian yang diberikan Sang Maha Kuasa agar manusia selalu ingat untuk berpaling padaNya. Suatu saat kelak ketika ujian tersebut berhasil dilewati maka kita akan mendapatkan suatu anugrah yang tak terhingga.

Tidak ada komentar: