Sabtu, 08 September 2007

Mamaku Seorang Yatim Piatu

Lagi-lagi sabtu sendiri... Kali ini aku memutuskan untuk menghabiskan Sabtu sore dengan mengikuti misa di Gereja. Inilah untuk pertama kalinya aku menghadiri misa hari Sabtu sore ternyata misa pada sabtu sore ini agak lenggang. Setelah duduk nyaman datanglah serombongan anak kecil dari panti asuhan anak Vincentius Putri yang memang terletak di samping Gereja persis. Memang sih sebelumnya aku gak pernah melihat mereka di Gereja, ternyata rupanya memang jadwal mereka di Sabtu sore. Melihat wajah mereka yang polos-polos tersebut hatiku langsung terasa pedih sebab aku langsung teringat dengan seorang anak yatim piatu yang sangat dekat denganku. Namanya adalah Marselina.
Marselina adalah anak bungsu dari 4 bersaudara, sejak kecil telah menjadi yatim piatu sehingga terpaksa harus tinggal berpindah-pindah dengan saudara yang kebetulan mampu dan mau menampungnya. Walaupun begitu dia cukup beruntung karena mendapatkan kesempatan untuk bersekolah hingga lulus SKP (sekolah Kepandaian Putri). SKP itu mungkin selevel dengan SMEA jaman sekarang. Bagi seorang anak yatim piatu pada jaman itu tentunya hal itu adalah sebuah prestasi tersendiri, aku yakin bukan cuma faktor keberuntungan saja yang menyebabkan hal itu terjadi tapi pastinya Marselina juga seorang anak pintar, paling tidak yang aku ketahui sampai sekarang adalah seorang yang senang membaca. Akhirnya di usia 19 tahun dia menikah dengan seorang pria yang dikenalkan oleh kakaknya.
Pernikahan mereka menghasilkan 3 orang anak, dua orang anak laki-laki dan yang bontot seorang anak perempuan. Anak perempuan tersebut adalah aku, yap mamaku memang seorang anak yatim piatu. Hanya itulah masa lalu mamaku yang aku ketahui, kami memang tidak terlalu dekat secara pribadi. Entahlah sejak kecil aku terbiasa melakukan apa-apa sendiri, begitu pula mamaku yang lebih banyak menghabiskan waktu di toko. Kami jarang sekali mengobrol, sepulang dari toko kegiatan mamaku adalahmenonton TV dan membaca koran lalu tidur karena pagi-pagi harus pergi kembali ke toko. Dia juga tidak terlalu peduli apakah malam aku belajar atau main yang penting kalau sudah waktunya makan aku harus makan. Walaupun nampak cuek tapi sebetulnya mamaku ini agak over protektif juga, kalau ketauan aku sakit sedikit saja, dia bakalan panik berat dan ngga akan pernah coba-coba dengan memberikan obat warung, aku pasti langsung dibawa ke dokter. Ada satu hal yang membuat kami agak dekat yaitu kesenangan kami membaca dan ketika aku mulai cukup umur mamaku sering mengajak aku untuk nonton bioskop. Hal-hal yang lagi hangat dibahas koran dan film-film terbarulah topik yang lebih sering kami bicarakan daripada mengenai masalah pribadi. Mamaku memang seorang pribadi yang amat tertutup dan seperti kata pepatah buah jatuh tak jauh dari pohonnya, begitu juga aku yang termasuk orang yang tertutup juga.
Ketika pertama kali mendapatkan menstruasi, mamaku hanya menjelaskan fungsi dan cara memakai pembalut yang baik dan benar. Memang sih aku telah mendapatkan pendidikan seks sebelumnya dari seorang suster yang juga guru agamaku waktu itu. Jadi reaksi pertamaku ketika mendapatkan mens tidak terlalu heboh sehingga mungkin mamaku sudah menganggap sudah cukup mengerti sendiri. Begitu juga mengenai prestasi pendidikan aku, awalnya akibat kegemaranku membaca aku selalu mendapatkan nilai bagus jadi ngga heran aku juga pernah jadi juara kelas dan bahkan ikut mewakili sekolahku dalam ajang cerdas cermat hingga tingkat penyisihan provinsi. Reaksi mamku terhadap prestasi sekolahku biasa-biasa saja tidak seperti ibu-ibu lain yang pasti akan heboh berat. Hal ini sempat membuat aku agak drop dan malas-malasan belajar dan sering bolos sekolah hingga aku pernah menduduki peringkat terakhir alias ranking bontot. Hi..hi.. rasanya aku adalah pelajar yang kaya pengalaman, pernah jadi jawara dan pernah juga jadi pecundang. Dan reaksi mamaku ketika aku jadi si juru kunci di kelas ngga berbeda seperti pada saat saya jadi si juara kelas. Oh ya sedari SMA aku sudah tidak tinggal lagi bersama ortuku dan memilih untuk ngekos. Berbeda dengan anak yang baru pertama kali kos yang sering sedih dan homesick, aku sama sekali tidak mengalaminya mungkin aku sudah terbiasa melakukan apa-apa sendiri.
Pada saat kuliah aku mengikuti sebuah retret, ada sesi yang membahas saling curhat. Karena suster yang membimbing kami pandai menghidupkan suasana sehingga aku yang dasarnya sangat tertutup ini tiba-tiba bisa mengeluarkan unek-unek aku tentang hubungan aku dan mamaku yang tidak seperti umumnya hubungan ortu-anak pada umumnya. Suster berhasil membuka mata aku bahwa mamaku sesungguhnya bukan seorang ibu yang cuek tapi justru seorang yang sangat luar biasa sebab berhasil membesarkan anak dengan baik padahal dia sendiri tidak pernah mendapatkan parental guidence sebelumnya. Sebagai anak yatim piatu tentunya mamaku sangat kekurangan kasih sayang dan tentu saja kekurangan juga secara materi. Dia tentunya ngga mau anak-anaknya mengalami kekurangan juga sehingga bekerja sekeras mungkin untuk memastikan anaknya berkecukupan. Hubungan antar pribadi kami yang agak aneh, suster bilang aku harus maklum karena pastinya mamaku ngga pernah dapet parental guidence sebab sedari kecil dia telah kehilangan orangtuanya sendiri. Jadi sebetulnya mamaku adalah seorang wanita yang hebat sebab bisa membesarkan anaknya dengan baik dan tanpa masalah yang berarti padahal dilakukannya tanpa ada contoh dari kehidupannya sebelumnya.
Well setelah dipikir-pikir aku sungguh beruntung punya mama seperti mamaku. Sewaktu sekolah duku aku ngga perna stress memikirkan takut dapet nilai jelek sebab mamaku tidak pernah mempermasalahkannya, beda dengan anak lain yang mungkin akan dimarahi habis-habisan oleh mamanya kalau nilai pelajarannya merah. Dan yang paling aku rasakan sekarang adalah mamaku ngga pernah rewel atau ribut mengenai aku yang masih juga belum memberikan tanda-tanda akan melangkah ke jenjang pernikahan. Mamaku yang hobi membaca ternyata menularkan kebiasaan baik ini kepadaku, mamaku memang pendidikannya ngga tinggi tapi akibat kegemarannya membaca membuat pengetahuannya luas sekali. Buktinya TTS Kompas Minggu bisa diisinya dengan lengkap palingan kalau ada yang kosong biasanya kalau soalnya mengenai bahasa asing. Mamaku walaupun sudah nenek-nenek dan tinggal di kampung tapi masih faham soal F1, liga sepakbola dunia, MotoGP bahkan sampai gosip-gosip artis Hollywood. Itulah mamaku, wanita yang sangat berpengaruh dalam hidupku, my real superhero. I LOVE YOU MOM

1 komentar:

andreas sm tarigan mengatakan...

Love U Honey.... :-)