Senin, 03 Desember 2007

Gempa

Kemarin pagi sekitar jam 6 pagi aku sedang asik bermalas-malasan di tempat tidur sambil menikmati nikmatnya hari libur. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh sebuah goyangan pada tempat tidurku padahal aku sedang tidak melakukan gerakan apapun, kontan aku terbangun karena aku yakin goyangan tersebut adalah gempa. Namun rupanya tidak ada orang dirumahku yang merasakan gempa tersebut dan para tetanggapun santai-santai saja tidak ada yang meributkannya. Mamaku berkesimpulan kalau itu hanya perasaanku saja dan jam segitu memang sudah waktunya bangun. Tapi aku yakin itu gempa karena rasanya seperti goyangan gempa tengah malam beberapa bulan yang lalu yang waktu itu berpusat di daerah sekitar Indramayu, hanya yang aku rasakan sekarang lebih kecil dan tidak lama. Penasaran aku segera memindahkan channel TV ke MetroTV yang biasanya rajin mengupdate berbagai informasi termasuk gempa pada news stickernya. Ternyata gempa pagi hari itu bukan cuma perasaanku saja karena memang telah terjadi gempa pada jam 6 lewat yang berpusat di sebelah selatan Ujung Kulon dan goyangannya terasa hingga ke Bogor dan Sukabumi tempat tinggal orangtuaku.

Gempa bumi seperti menjadi sangat akrab dengan penduduk Indonesia karena hampir setiap minggu ada saja berita soal gempa mulai dari gempa kecil yang tidak terlalu terasa hingga gempa besar yang bikin panik, bahkan sepertinya kita sekarang sudah mengalahkan Jepang dalam soal kena musibah gempa bumi. Gempa Bumi memang tidak bisa di prediksi kapan dan dimana akan terjadi karena mekanisme terjadinya gempa ada pada lapisan kerak bumi dibawah tanah sana sehingga agak sulit ya untuk mengamatinya. Walaupun begitu tapi sering juga muncul berbagai teori seputar cara memprediksi gempa. Teori memprediksi gempa yang paling sering aku dengar adalah teori awan yang memanjang, beberapa saat sebelum terjadi gempa di Bengkulu beberapa saat lalu ada beberapa orang yang mengaku melihat awan aneh yang berbentuk panjang. Namun teori awan ini agak sulit juga dipraktekan sebab kadang langit kita ini sering mendung oleh polusi atau asap.

Prof Jucelino Nobrega da Luz, seorang pengamat gempa asal Brazil telah memperingatkan Indonesia tentang kemungkinan gempa besar yang akan melanda Sumatera pada tanggal 23 Desember nanti. Berbagai kometar muncul menanggapi peringata. Prof. da Luz tersebut, umumnya orang menganggap angin lalu saja namun ada juga yang menanggapinya secara serius karena sebelumnya Prof. da Luz ini konon telah berhasil memprediksi gempa Aceh dan Bengkulu. Ngga heran kalau pernyataan profesor Brazil tersebut sempat membuat resah masyarakat Bengkulu yang sampai saat ini masih sering mengalami gempa-gempa. Aku tidak pernah menemukan kajian ilmiah sang profesor yang berani-beraninya meramal gempa sampai detail ke tanggalnya padahal seperti yang semua orang fahami bahwa gempa itu sama sekali tidak bisa diprediksi. Tapi tidak ada salahnya peringatan profesor da Luz ini ditanggapi juga dengan akal sehat dan hati dingin, dengan cara membuat simulasi penanganan gempa. Apa salahnya sedikit berlatih evakuasi siapa tahu nanti terjadi lagi gempa pada waktu yang tidak kita ketahui akan berguna untuk mengurangi jumlah korban jiwa. Latihan evakuasi sebetulnya penting karena bila sampai terjadi suatu musibah, penduduk sekitar situ sudah tahu apa yang harus dilakukan dan tahu kemana harus pergi. Tapi kayanya disini kesadaran akan latihan evakuasi menghadapi bencana masih dianggap main-main alias belum serius, jangankan untuk bencana tak terprediksi seperti gempa, banjir yang bisa diprediksi saja masih gagal diantisipasi.

Aku bukannya mau mengamini ramalan profesor da Luz tapi aku juga mengkuatirkan kemungkinan gempa yang akan terjadi di bulan Desember ini. Aku bukan seorang ahli gempa atau tukang ramal namun berdasarkan logika yang ada, aku pikir kemungkinan gempa bisa saja. Teori aku berhubungan dengan pendapat para ahli mengenai banjir pasang yang akan terjadi di Jakarta pada bulan Desember. Menurut para ahli yang sering aku saksikan di TV maupun aku baca di koran banjir pasang yang sempat melumpuhkan Jakarta minggu lalu masih belum seberapa karena puncaknya baru terjadi pada bulan Desember karena saat itu bulan mencapai titik terdekat dengan bumi sehingga otomatis gaya gravitasi bulan akan menimbulkan pasang yang lebih besar. Teori ini membuat aku berfikir apakah gravitasi bulan ini cuma mempengaruhi pasang-surut air laut saja? Aku kuatir gravitasi bulan juga akan mempengaruhi gerakan lempeng bumi yang bisa menimbulkan gempa. Ditambah lagi pada bulan Desember matahari juga berada diatas belahan selatan bumi, walaupun jauh tapi matahari juga tetap mempunyai gravitasi juga. Kemungkinan bumi dan bulan mencapai titik terdekat dengan matahari bisa saja terjadi di bulan Desember ini dan tak terbayangkan besarnya gaya gravitasi bulan purnama di bulan Desember ini yang diperkirakan jatuh pada tanggal 24 nanti. Masih teringat bencana gempa yang diikuti oleh gelombang tsunami di Aceh dulu, kejadiannya juga persis ketika terjadi bulan purnama. Tapi teori gempa ini tidak hanya berlaku untuk di Indonesia tapi juga semua kawasan rawan gempa di bumi bagian selatan seperti Chile, Peru, New Zealand dan lainnya.

Sekali lagi kutegaskan, bukan maksud hati untuk sok jadi tukang ramal atau mau nakut-nakutin tapi apa salahnya kita untuk selalu waspada dan selalu ingat kepada Sang Pencipta. Tidak ada salahnya kita untuk selalu waspada lagipula Tuhan menciptakan manusia dengan segala akal dan budi agar bisa mempelajari segala macam tanda alam yang merupakan karya agungNya. Apalagi di bulan Desember ini kita kan menghadapi beberapa hari besar keagamaan seperi Natal dan Idul Adha, sudah waktunya kita menyambut hari keagamaan ini dengan lebih mementingkan unsur religiusnya daripada sekedar hura-hura. Mudah-mudahan teoriku cuma teori ngaco seseorang yang sok tahu saja, aku juga ngga mau ada lagi bencana gempa besar yang menimbulkan kesengsaraan manusia.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Kapan kejadian gempanya? Tanggal berapa? Gua ada rencana ke Ujung Kulon bulan desember ini..

Anonim mengatakan...

Waduh serius amat pertanyaannya. ..Sori gue ngga bisa jawab pertanyaan elo tapi hindari pergi saat bulan purnama dan banyak-banyaklah berdoa agar terhindar dari segala musibah