Minggu, 02 Desember 2007

Cinta Laura dan Rasa Inferior

Disebuah acara infotainment alias gosip selebritis yang diputar sebuah stasiun TV siang hari ada gosip mengenai pemain sinetron muda Cinta Laura yang konon baru saja putus dari pacarnya yang juga pemain sineton muda tapi katanya Cinta Laura tidak mengaku pernah pacaran dengan cowok tersebut padahal pernah pada sebuah tayangan acara talkshow keduanya tampil mesra oooowww. Pembawa acara infotainment ini memang kerap meledek Cinta Laura dengan meniru-niru gaya bicara Cinta yang beraksen asing kental, maka merekapun mengomentari gosip ini dengan gaya bicara ala sang pemain sinetron tersebut. Entahlah apakah Cinta Laura pernah tersinggung atau tidak dengan cara mereka ini. Aku juga ngga tau apakah kelakuan sang pembawa acara gosip yang mengolok-olok aksen bicara Cinta Laura yang tidak lancar berbahasa Indonesia tersebut masuk dalam kategori tindakan rasisme atau tidak? memang sih aku dan beberapa teman-temanku juga suka ikut meniru-niru gaya bicara Cinta Laura namun hanya untuk sekedar lucu-lucuan dan yang penting tidak untuk dikonsumsi masyarakat umum seperti acara gosip yang diputar di TV nasional.

Marilah kita tinggalkan masalah tersebut karena emang ngga penting juga, tapi tetep masih ada kaitannya dengan Cinta Laura. Cinta Laura yang keturunan asing, maaf ya aku lebih pilih pakai istilah keturunan asing daripada keturunan bule lantaran menurutku istilah bule kesannya terlalu ofensif yang lebih cocok untuk dipakai untuk melecehkan, ya seperti istilah nigga atau negro di US gitu deh. Baiklah kita kembali ke Cinta Laura... Beberapa orang mengeluhkan kalau dunia hiburan (pencitraan) di Indonesia sering kali terasa mengagul-agulkan orang yang memiliki tampang keturunan asing seperti Cinta Laura contohnya. Ehmmm iya juga sih, aku memang ngga pernah nonton sinetron tapi aku juga sering memperhatikan beberapa iklan TV yang mempromosikan sebuah produk buatan Indonesia tapi memakai model iklan yang bertampang eropa padahal produk tersebut dimaksudkan untuk pangsa pasar dalam negeri juga. Ngga ngerti maksudnya mungkin maksudnya si pemasang iklan ingin mengesankan bahwa produknya biasa dikonsumsi oleh orang asing dan kalau udah begitu tentunya kualitasnya ngga diragukan lagi ha...ha... Kok bisa begitu ya??? Asumsiku sih sepertinya si pembuat iklan ingin memanfaatkan jiwa inferior bangsa Indonesia yang masih menganggap orang asing (terutama bangsa eropa dan amerika) adalah bangsa yang lebih hebat daripada bangsanya sendiri. Inilah sisa-sisa kerusakan mental akibat pernah dijajah bangsa eropa selama lebih dari tiga setengah abad lamanya.

Penjajahan suatu bangsa ternyata ngga cuma merugikan secara materi saja tapi juga bias merusak mental suatu bangsa juga, jadi kolonialisme jelas-jelas sebuah tindakan kriminal yang super jahat. Pemikiran bangsa asing itu lebih hebat dari orang Indonesia mengakibatkan banyak perusahaan-perusahaan besar yang memperkerjakan beberapa tenaga asing untuk posisi kunci di perusahaannya. Padahal untuk memperkerjakan mereka tersebut tidak sedikit uang yang harus dikeluarkan, contohnya adalah tempatku bekerja yang juga mempercayai seorang berkewarganegaraan asing untuk menduduki kursi tertinggi. Bayangkan saja gaji mereka bisa berlipat-lipat kali gaji orang Indonesia dan dibayar pakai mata uang asing belum lagi selama tinggal di Indonesia para buruh asing ini mendapatkan berbagai fasilitas yang menunjang hidup mereka. Wah sungguh sebuah bentuk penjajahan jenis baru, padahal belum tentu kemampuan kerja mereka bisa lebih baik dari kemapuan kerja orang Indonesia. Kasus ini juga berlaku untuk ekspatriat di tempat kerjaku saat ini. Ada seorang manajer senior di tempat kerjaku yang masih berjiwa sangat inferior terhadap bangsa asing, beliau selalu lebih mempercayai pendapat dari orang luar negeri daripada rekan sebangsanya sendiri padahal si orang luar negeri tesebut jelas-jelas ngga mengerti masalahnya apalagi latar budaya di Indonesia. Aku bukannya xenophobia atau bermaksud rasis tapi cuma prihatin aja sama orang yang tidak mempercayai bangsanya sendiri.


Orang yang moderen seharusnya tidak perlu merasa inferior terhadap bangsa asing, ngapain kita ngebelai-belain memperkerjakan orang asing kalau ternyata banyak juga orang Indonesia yang telah berkiprah di berbagai perusahaan multinational di seluruh dunia yang berarti sebetulnya banyak juga orang Indonesia yang mampu. I don't know it's too dark alias auh ah gelap. Kalau di dunia hiburan sih aku bisa ngerti kenapa banyak muka-muka asing yang bertebaran karena sudah sifat dasarnya manusia yang lebih menyukai rumput tetangga daripada rumputnya sendiri. Ini juga berlaku di luar negeri, dimana wajah asia seperti kita ini lebih disukai orang-orang eropa sementara kita disini senang banget dengan tampang-tampang keturunan aria. Kalau saja Cinta Laura mudik ke negara bapaknya di Jerman sana, belum tentu dia bisa main sinetron Jerman karena disana mukanya Cinta Laura ngga termasuk ukuran unik versi mereka alias biasa aja. Kalau mbak Sumiyati dari Wonogiri yang pastinya bertampang jawa asli ikut merantau ke Jerman mungkin bisa lebih laris daripada Cinta Laura karena.

Tidak ada komentar: