Inilah perkenalan pertamaku dengan karya sang legendaris Pramoedya Ananta Toer yang justru perkenalan ini aku lakukan pada karya terakhir beliau yang berjudul "Larasati. Setelah berkali-kali masuk nominasi nobel untuk karya sastra terbaik sudah pasti roman-roman karangannya yang umumnya berlatar belakang jaman revolusi bukan termasuk dalam kategori roman picisan. Ironisnya karya-karya Pak Pram lebih dihargai oleh bangsa lain daripada oleh bangsanya sendiri terutama pada jaman sebelum reformasi maka tidak heran kalau dulu lebih mudah mencari buku Pak Pram dalam bahasa Inggris daripada dalam bahasa aslinya, Indonesia. Karya Pak Pram sudah diterjemahkan dalam 41 bahasa asing. Beruntunglah kita, masa pemberangusan kreatifitas sudah lewat sehingga kita bisa leluasa menikmati kembali karya-karya Pak Pram ini.
Baiklah mari kita bahas novel "Larasati" ini. Larasati adalah seorang mantan pemain film terkenal pada masa penjajahan. Pada awalnya Larasati mau-mau saja bermain dalam film-film propaganda penjajah tapi lama-lama Ara demikian dia biasa dipanggil mulai bersimpati pada perjuangan kaum revolusioner yang berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia seutuhnya. Rasa simpati Ara terhadap perjuangan kaum revosioner ini timbul setelah selama setahun tinggal di Jogjakarta sebagai artis panggung sukarela untuk menghibur para pejuang. Selain bermain film, Ara yang molek ini juga sering menjadi penghibur kaum laki-laki kesepian termasuk salah seorang teman dekatnya adalah Kapten Oding, seorang revolusioner yang mengantar Ara ke stasiun ketika ia hendak kembali ke kampung halamannya di Jakarta.
Maksud kepulangan Ara ke Jakarta adalah untuk bertemu ibunya dan kembali membangun karir filmnya. Di dalam kereta, Ara bertemu dengan berbagai orang mulai dari kakek invalid yang ternyata seorang petinggi militer hingga pemuda yang bergerperilaku mencurigakan. Saat tiba di Cikampek, Ara bertemu dengan seorang pejuang muda yang ternyata sebetulnya memiliki jiwa seni yang tinggi. Si pejuang muda ini menitipkan sebuah misi penting yaitu mencari tahu keberadaan salah satu anak buahnya yang hilang dalam tugas mata-mata di Jakarta. Di Jalan menuju Jakarta, Ara kembali bertemu dengan Mardjohan, seorang opotunis yang pernah Ara kenal pada masa kejayaannya sebagai bintang film. Mardjohan rupanya diutus oleh KNIL untuk merayu Ara agar mau bermain dalam film propaganda NICA tapi Ara yang sudah bertekad berjuang untuk kemerdekaan dengan caranya sendiri langsung menolak mentah-mentah tawaran tersebut. Alhasil sang kolonel marah dan mencoba menakuti Ara dengan membawanya ke sebuah penjara. Disinilah Ara bertemu dengan seorang pejuang revolusioner yang terbujur sekarat yang ternyata adalah anak buah sang pejuang muda yang ia temui di Cikampek.
Ara yang sempat pingsan karena begitu pedih melihat keadaan para tawanan akhirnya dibawa keluar penjara. Rupanya supir kolonel INCA tersebut adalah seorang pejuang revolusioner juga, namanya Martabat. Martabat melarikan mobil kolonel beserta Ara dan pergi ke kampung ibu Ara. Kehidupan ibu Ara sungguh ironis, ibu dari bintang film ini hanyalah seorang pembantu rumah tangga di sebuah rumah milik orang Arab. Di kampung inilah Ara dan Martabat akhirnya bergabung dengan perjuangan kaum revolusioner setempat. Pengalaman ikutan bertempur membuat Ara makin jadi pemberani.
Rupanya musuh yang harus dihadapi Ara bukan cuma para tentara NICA tapi juga Jusman, majikan sang ibu yang sangat menginginkan tubuh Ara. Pada awalnya Ara berusaha melawan namun karena kelaparan dan rasa frustasi yang amat sangat, Ara akhirnya takluk juga masuk ke dalam sangkar emas Jusman. Namun begitu, dalam hati kecilnya Ara selalu mendukung perjuangan kaum revolusioner. Jusman yang sebetulnya sangat mencintai Ara rela melakukan apa saja untuk Ara kecuali memberi kebebasan padanya. Hingga pada suatu saat perjuangan kaum revolusioner mulai membuahkan hasil, banyak tentara NICA yang kocar kacir termasuk Jusman yang mulai panik karena ternyata ia adalah seorang mata-mata NICA. Kemerdekaan seutuhnya Indonesia juga merupakan kemerdekaan untuk jiwa Ara, sang perempuan pejuang yang berjuang dalam caranya sendiri.
1 komentar:
hai, salam kenal. aq Ana (www.anafauziyah.munltiply.com)aq ngunduh artikelmu tentang novel larasati karya pramoedya, oia ni buat bahan bacaan bwt bikin makalah. bukan buat ngejiplak ya... karena buah pikiran tiap orang wajib dihormati. kalopun nanti ada beberapa kalimat yang ikutan nyempil, aq cantumin sumbernya.. terimakash buanyak yoa..
Posting Komentar