Disini dikisahkan Sultana telah cukup berbahagia dianugerahkan bersuamikan Karim yang benar-benar mencintainya walaupun tidak 100% sempurna. Karim dan Sultana dikaruniakan 3 orang anak yaitu Abdullah, Maha dan Amani. Berbeda dengan perilaku sanga ayah, Karim adalah seorang pria Arab yang moderat sehingga ia memperhatikan anak-anaknya secara adil tanpa melihat jenis kelaminnya.
Maha adalah putri tertua pasangan Karim-Sultana adalah seorang anak yang mewarisi betul watak sang ibu yang pembangkang. Sama seperti Sultana kecil, Maha juga membenci budaya patriaki yang mengakar kuat pada keluarga besarnya. Sikap perlawanan terhadap kekuasaan kaum pria diekspresikan Maha dengan cara yang sangat ekstrim yaitu dengan membenci total laki-laki. Pola pikir ini nyaris membuat Maha menjadi seorang lesbian. Selain itu Maha juga ternyata menyukai hal-hal gaib yang sesungguhnya bertentangan dengan ajaran agama. Kuatir dengan perkembangan mental sang putri, Sultana dan Karim mengirim Maha ke klinik konseling psikologi. Beruntunglah Maha bisa kembali berpikiran normal seperti yang diharapkan kedua oangtuanya.
Kebalikan dari Maha, Amani sang putri bungsu adalah seorang anak yang sangat religius bahkan cenderung Fanatik. Semula Amani hanya seorang anak baik yang penurut yang juga penyayang binatang, saking manis kelakuan Amani sehingga sempat membuat Sultana sangsi kalau Amani adalah anak kandungnya. Sesudah pulang berhaji, perilaku keagamaan Amani yang berlebihan. Amani tidak terlalu setuju semangat sang ibu dan kakaknya yang ingin memodernkan wanita Arab Saudi. Amani berusaha mempengaruhi semua orang ditemuinya untuk selalu bertindak sesuai dengan perintah agama yang diyakini benar oleh Amani. Sikap Amani ini sangat mengkuatirkan Sultana karena takut sang anak akan bergabung dengan kelompok ekstrimis. Kekuatiran Sultana tersebut tidak sampai terbukti hanya saja perilaku Amani tersebut tak jarang memicu pertengkaran dengan saudara-saudaranya.
Abdullah adalah anak tertua sekaligus putra satu-satunya. Walaupun statusnya sebagai anak laki-laki satu-satunya di keluarga, Abdullah tidak mendapat keistimewaan apapun dari orangtuanya sehingga ia tumbuh menjadi laki-laki toleran yang sangat menghargai kaum wanita. Abdullah juga adalah seorang yang sangat mudah tersentuh hatinya sehingga tak segan-segan memberikan bantuan kepada orang-orang yang dianggapnya membutuhkan pertolongan. Sifat Abdullah inilah yang sering menyeretnya kedua orangtuanya kedalam situasi yang bisa bikin sakit kepala.
Saudara-saudara kandung Sultana memang nampak berbahagia semua namun di balik itu ternyata ada saja masalah yang mendera. Hubungan Sultana dengan Karimpun sering turun naik, yang sering menjadi penebab utamanya adalah kemampuan mengontrol emosi Sultana yang rendah. Perilaku Sultana ini menyebabkan dirinya disebut sebagai seorang anak yang terjebak dalam tubuh orang dewasa.
Buku ini masih mengungkap rahasia-rahasia kelam di balik kemegahan istana para pangeran maupun putri Arab Saudi. Ada beberapa hal pernah dibahas di buku pertama namun di sequelnya ini masih ada saja fakta-fakta baru yang bikin pembacanya tercengang. Serial “The Princess” juga bisa menjadi sebuah koreksi terhadap ajaran agama yang sering disesatkan dengan tradisi. Selain kita akan mendapatkan kisah yang menarik, kita juga akan mendapatkan pencerahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar