Jumat, 06 Juli 2007

Pilkada ≠ Balap F1

Kalau dilihat sekilas Pilkada itu agak mirip-mirip dengan balap F1, kemiripannya antara lain:
  1. Pilkada dan balap F1 memerlukannya banyak sokongan dana dari pihak-pihak sponsor.
  2. Kedua-duanya menampilkan sepasang figur utama tapi dibalik itu ada sebuah tim yang solid yang bekerja sama untuk mendukung sang figur utama.
  3. Supaya bisa maju ke pertarungan utama, figur utama bersama figur utamanya harus melakukan sebuah proses seleksi.
  4. Figur utama dan timnya itu pasti berada di sebuah instansi, untuk Pilkada adalah Parpol sedangkan F1 adalah tim pabrikan.
  5. Sama-sama perlu manuver-manuver yang tepat dan kalau perlu agak-agak curang agar bisa memenangkan kompetisi.
  6. Kalau menang akan mendapatkan reward berupa materi yang jumlahnya sangat fantastis.

Kalau memang mirip tapi kenapa ya banyak orang ngga peduli dengan Pilkada? Ternyata setelah ditelaah lebih dalam terdapat pula perbedaan antara Pilkada dengan balap F1, perbedaannya tersebut antara lain :

  1. Di balap F1 apabila seorang peserta mencuri start maka dia akan kena diskualifikasi atau minimal dapat penalty. Tapi di Pilkada tidak ada hukuman bagi mereka yang mencuri start makanya semua pesertanya pun gemar mencuri start.
  2. Di F1 diperbolehkan segala macam usaha apapun agar bisa menang asalkan tidak melanggar peraturan yang telah dibuat, apabila ada yang sedikit melenceng dari koridor peraturan maka timnya akan kena sangsi dari lembaga pengawas balap. Sedangkan pada Pilkada segala macam usaha untuk menang diperbolehkan walaupun pada kenyataannya melanggar peraturan yang telah dibuat dan tidak ada sangsi hukum apapun bagi mereka yang melanggar selama aliran dana kepada lembaga pengawas Pilkada.
  3. Reward yang didapatkan pemenang di balap F1 berupa hadiah uang dari para sponsor yang keberadaannya sudah jelas dari awal. Sedangkan reward bagi pemenang di Pilkada berupa uang-uang tak jelas dari tender-tender proyek pemda.
  4. Di balap F1 siapapun yang kalah akan mengakui kekalahannya dan berusaha memperbaiki diri supaya lebih baik di balap berikutnya. Sedangkan di Pilkada yang kalah tidak akan mengakui kekalahannya begitu saja dan akan berusaha dengan segala macam upaya agar bisa membatalkan kemenangan lawannya.
Karena adanya sedikit perbedaan tapi penting banget inilah yang bikin Pilkada ngga semenarik F1? F1 jauh lebih seru karena dalam kompetisinya ada rambu-rambu yang harus dipatuhi serta juga ada sportifitas dan kerja keras yang bisa dijadikan contoh dalam kehidupan. Sedangkan orang jadi apatis dengan Pilkada karena para pesertanya asyik sendiri dengan berbagai usaha agar bisa menang sehingga meninggalkan sikap sportifitas yang seharusnya mereka tunjukan sebagai calom pimpinan.

Kalau aja Pilkada itu bener-bener dijalankan layaknya balap F1 tentunya harapan kita untuk mendapatkan pemerintahan yang bersh bukan cuma jadi mimpi disiang bolong.

Tidak ada komentar: