Setelah membaca bagian kedua (Sang Pemimpi) dan bagian ketiga (Edensor) akhirnya aku berkesempatan juga membaca bagian pertama dari tetralogi karya Andrea Hirata ini. Buku pertama yang berjudul Laskar Pelangi ini menurut orang-orang telah memberikan inspirasi dalam hidup mereka maka dari itu aku jadi tertarik untuk membacanya. Tidak tahu aku yang bebal atau kurang sensitif, kesan aku akan buku ini tidak sedasyat seperti yang dibilang orang-orang dalam acara Kick Andy yang diputar Metro TV beberapa waktu lalu. Memang aku akui kalau buku ini bagus sekali namun tidak terlalu memberikan inspirasi besar buatku paling hanya kesan yang meningatkan aku untuk tidak pernah mengejar mimpi. Bahkan menurutku buku kedua Sang Pemimpi lebih inspiratif daripada Laskar Pelangi karena cerita di Sang Pemimpi lebih membumi. Ada kesan terlalu berlebihan dari kisah yang tertuang dalam Laskar Pelangi. Selain itu dalam buku ini Andrea gemar sekali menggunakan istilah-istilah biologi yang aga-agak malas untuk disimak, kalau ini cuma kesan negatif dari aku pribadi yang waktu jaman sekolah dulu selain tidak menyukai pelajaran mengarang juga membenci pelajaran biologi. Sekali lagi segala kesan ini tidak mengurang rasa kagumku pada kemampuan mengarang Andrea Hirata yang luar biasa.
Laskar Pelangi mengisahkan sepuluh orang siswa yang bersekolah di sebuah SD miskin yang bangunannya nyaris runtuh. Sebetulnya sekolah ini hampir ditutup apabila siswanya tidak sampai genap sepuluh orang namun disaat-saat terakhir datanglah Harus seorang remaja (bukan anak-anak) yang menderita keterbelakangan mental untuk bergabung di SD tersebut lantaran tidak ada SLB di pulau tersebut. Sama seperti Sang Pemimpi dan Edensor, bintang utama dalam kisah ini adalah Ikal, seorang bocah yang merupakan cerminan dari masa lalu sang pengarang sendiri. Ikal adalah murid yang pandai tapi bukan yang terpandai karena ada seorang anak jenius bernama Lintang yang selalu haus akan pendidikan walau untuk bersekolah dia harus bersepeda hingga puluhan kilometer jauhnya. Murid lain yang menonjol antara lain ; Mahar seorang calon seniman berbakat yang sayangnya kurang mnedapatkan apresiasi dari kawan-kawannya karena sering berlaku ganjil. Kucai, bocah juling yang tak pandai secara akademis namun jago berpolitik sehingga menjadikannya ketua kelas abadi. Borek alias Samson yang tergila-gila oleh akan keindahan raga. Sahara satu-satunya siswa perempuan pada saat sekolah baru dimulai. A Kiong anak keturunan Tionghoa yang menjadi musuh Sahara. Trapani anak manis nan ganteng yang cinta mati kepada ibunya. Syahdan yang lebih senang disuruh membeli kapur ke pasar daripada mengikuti pelajaran di kelas. Dan murid baru pindahan dari sekolah swasta yang mahal namanya Flo, gadis cantik yang berusaha melawan kodratnya sebagai wanita. Dan ada sosok yang dengan setia membimbing anak-anak tersebut yaitu Ibu Muslimah yang biasa dipanggil Ibunda Guru oleh para siswanya
Perjuangan bocah-bocah pedalaman ini dalam menuntut ilmu dalam suasana yang serba kekurangan dirangkai dalam cerita yang seperti permen nano-nano kadang mengharukan, kadang menggemaskan dan tak jarang lucu sekali. Kenakalan-kenakalan khas anak-anak bisa membuat kita tersenyum-senyum tapi dilain waktu kita dibuat terharu oleh perjuangan anak-anak tersebut dalam menembus segala keterbatasannya. Namun seperti yang aku singgung diatas, ada juga kisah yang menurutku terlalu berlebihan seperti kemampuan Lintang mempelajari teori-teori rumit fisika. Bukan bermaksud meragukan kemapuan jenius alami Lintang namun rasanya bagi anak SMP apalagi di daerah yang ketersediaan infrastruktur pendidikan serta buku-buku pendukung yang terbatas, kemampuan ekstra luar biasa Lintang dalam menjawab soal-soal pada sebuah perlombaan Cerdas Cermat kampung seperti apa yang diceritakan Andrea sangat berlebihan. Mungkin ada unsur empati yang besar dari Andrea untuk tokoh Lintang yang cerdas namun tidak dapat meneruskan sekolah karena masalah yang klasik yaitu seputar kemiskinan.Pada bagian akhir cerita, dikisahkan apa yang terjadi pada anggota laskar pelangi dua belas tahun kemudian, ada yang sukses dengan cita-citanya, ada juga yang bernasib tragis, dan beberapa memiliki kisah cukup mengejutkan.
Aku juga merasa ada missing link antara Laskar Pelang dengan Sang pemimpi seperti tidak adanya teman laskar pelangi yang diceritakannya kembali di Sang Pemimpi. Selain itu ada tokoh di Sang pemimpi yaitu Arai yang diceritakan "diadopsi" dan disekolahkan oleh bapaknya Ikal ketika masih usia SMP namun sama sekali tidak muncul di Laskar Pelangi. Laskar Pelangi dan Edensor masih ada sedikit kaitannya yaitu seputar cinta pertama Ikal, Aling, beserta buku kenangan dari sang gadis. Namun ada juga kejanggalannnya, di Edensor dikisahkan kalau Ikal pernah menjemput Aling di tokonya untuk naik komidi putar namun di Laskar Pelangi disebutkan kalau Ikal baru bertemu Aling dua kali yaitu pertama kali bertatap muka ketika hendak membeli kapur dan kedua ketika berkenalan secara resmi di dekat kelenteng. Ya sudahlah tak perlu pusing memikirkan kejanggalan tersebut, tak ada yang sempurna bukan... Jadi penasaran menunggu tetralogi terkahirnya Andrea yaitu Maryanah Karpov, sampai sekarang aku belum bisa membayangkan kaitan buku terakhir ini dengan tiga buku yang telah beredar sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar