Rabu, 14 November 2007

Gang Selot

Sengaja kemarin aku mengambil cuti sehari, tujuan utamanya sih pergi ke kantor Kecamatan untuk menyelesaikan urusan perpanjangan KTP. Urusan PerKTPan ini sekarang harus diurus langsung oleh yang bersangkutan dan tidak boleh diwakilkan atau "nitip" sama Pak RT lagi, secara kantor Pak Camat ini cuma buka dari hari Senin sampai Jumat saja jadi mau tak mau harus mangkir kerja. Pada awalnya terbayanglah keribetan urusan birokrasi dengan para pejabat lokal yang sama sekali tidak berkesan profesional namun kekhawatiranku tidak terbukti ternyata urusannya bisa langsung selesai kurang lebih 15 menit saja. Kadung sudah ngambil sehari penuh maka sisa hari libur aku manfaatin untuk melakukan perjalanan jajan nostalgia ke Gang Selot Bogor.

Gang selot merupakan sebuah jalan yang letaknya persis di sebelah SMAN 1 Bogor, tempat aku bersekolah dulu. Aku sebetulnya sudah lama kangen ingin mencicipi Baksonya yummy itu sejak lama namun sayang belum menemukan waktu yang tepat untuk mengunjungi kota seribu angkot tersebut. Akhirnya kemarin aku putuskan untuk berjalan-jalan ke Bogor dengan pertimbangan kalau hari biasa Bogor tidak semacet akhir pekan. Waktu jaman aku dulu keadaan gank selot ini termasuk kumuh dan full lalat tapi sekarang ini kondisinya jauh lebih baik paling ngga warung-warungnya dah mulai rapi dan populasi lalatnya juga dah mulai menurun. Biasanya aku jajan disini pada saat pulang sekolah sehingga ngga heran kalau sebagian besar waktu makan siangku waktu SMA ini aku habiskan di gang selot ini. Gang selot ini juga tempat favorit para siswa-siswa bandel yang sedang mabal dari kelas, aku juga termasuk siswa jenis ini. Memang kelakuanku di SMA yang sering bolos dan malas belajar berbanding terbalik dengan kelakuanku saat SD yang memang pelajar yang disiplin dan rajin.


Ada 2 makanan favoritku di gang selot ini yang pertama adalah Bakso dan Toge Goreng. Bakso sebetulnya yang paling aku suka namun makanan ini hanya bisa kunikmati kalau lagi awal minggu saja sebab harganya lumayan mahal maklum waktu SMA aku sudah ngekost dan dapat uang saku mingguan, sedangkan Toge Goreng jadi makanan favoritku dikala bokek sebab harganya murah tapi bikin kenyang. Rupanya aku datang di waktu yang tepat sebab anak-anak sma dan smp masih belum pulang jadinya suasana gang selot tidak terlalu ramai. Langsung saja kudatangi penjual bakso, favorit para pelanggan bakso ini adalah mie yamin dengan bakso tapi kalau dulu semuanya baik mie maupun baksonya dalam satu mangkok sekarang ternyata dipisah, satu mangkok berisi hanya mie saja dan mangkok satunya berisi bakso beserta kuahnya. Dengan menggunakan dua mangkok seperti ini tentu porsinya jadi tambah besar mungkin kapasitas tampung perut anak sekarang lebih besar daripada anak seangkatan aku. Sebetulnya aku lebih suka model jaman aku yang semuanya tumplek blek dalam satu mangkok karena porsinya lebih pas tapi soal rasa tidak banyak berubah masih sama seperti dulu. Selesai makan bakso aku ngaso-ngaso sebentar sambil memperhatikan tingkah anak-anak sekolah yang lagi makan disana, pasti mereka ini adalah anak-anak akan masuk siang atau sedang membolos seperti yang sering aku lakukan dulu. Biasanya penyebab utama kabur dari pelajaran adalah lupa ngga ngerjain tugas atau kadang-kadang juga malas ketemu gurunya dan untukku masih ada satu alasan lagi yaitu lagi ngidam pingin makan bakso gang selot. Kalau lagi ngidam berat aku suka bela-belain bolos karena kalau menunggu hingga jam istirahat atau pulang kadang-kadang sering gagal karena kalah bersaing dengan siswa lain yang beruntung dapat keluar dari kelas lebih dulu, bakso memang makanan favorit para siswa.

Sebetulnya perut ini sudah terasa kenyang tapi masih penasaran terhadap Toge Goreng maka akupun memesan Toge Goreng. Seingat aku, sulu penjual Toge Goreng adalah seorang ibu-ibu kurus tapi sekarang yang jualan adalah seorang pemuda mungkin penjual Toge Goreng ini telah melakukan regenerasi. Entah karena penjualnya lain atau mungkin juga karena efek kekenyangan makan bakso rasa Toge Gorengnya tidak seenak dulu. Tapi menurut aku sih karena sekarang penjuaknya sudah menggunakan kompor bukan kayu bakar seperti dulu, sebetulnya yang bikin sedep itu adalah efek dari asap hasil pembakaran kayu bakar. Sambil makan Toge Goreng aku pesan minum dari bapak penjual minuman yang sama seperti dulu, bapak yang aku lupa namanya itu bertampang mirip Telly Savalas sang pemeran Kojak. Sebetulnya aku ingin mengajak ngobrol bapak tersebut namun sang Bapak rupanya sedang asik membahas topik seputar bisnis tanah dengan seseorang. Sebetulnya masih ada makanan SMAku yang aku rindukan yaitu Mie Ayam Bejo tapi si Bejo ini jualannya di kantin sekolah jadi agak-agak susah untuk menyelundup ke dalam sekolah.
Tak terasa hingga tengah hari waktunya bubar sekolahan, Gang Selot segera penuh sesak oleh para pelajar yang perutnya keroncongan, sebelum terjebak dalam huru-hara perebutan tempat makan lebih baik aku menyingkir saja dulu. Sebelum pulang aku sempatkan untuk mampir di tukang gorengan di sebelah tukang minuman untuk membeli Tahu Slawi camilan kegemaranku dulu. Tahu Slawi itu adalah tahu yang diberi adonan aci (seperti untuk cireng) digoreng dalam minyak panas, rasanya top banget apalagi kalau baru keluar dari penggorengan. Uhmmm ternyata lumayan juga berwisata jajan nostalgia seperti ini, walapun yang dimakan cuma jajanan anak sekolah tapi rasanya jadi lain karena pakai tambahan bumbu nostalgia. Apalagi kalau pake teringat dengan acara taksir menaksir yang sudah umum terjadi di tempat jajan seperti ini. Kapan-kapan aku mau cuti lagi ah, kali ini aku mau berwisata jajan di bedeng Tarki, mudah-mudahan bedeng doyong itu belum runtuh.

Tidak ada komentar: