Minggu, 11 November 2007

Lions for Lambs

Bagaimana kalau Tom Cruise, Merryl Streep dan Robert Redford bertemu dalam sebuah film? Pastinya ekspetasi penonton adalah akan menonton sebuah film berat yang bermutu. Ketiga pemain film kawakan tersebut memang bertemu di sebuah film baru yang berjudul Lions for Lambs yang disutradarai oleh Redford sendiri. Film ini berkisah mengenai topik favorit orang amerika saat ini yaitu perang melawan terorisme. Bila anda mengharapkan sebuah film mengenai secret agent atau perang-pearangan maka anda akan salah besar karena Lions for Lambs ini dipenuhi oleh dialog-dialog dari para pemainnya jadi film ini adalah murni drama.

Ada 3 sketsa utama yang bisa dinikmati dalam film Lions for Lambs masing-masing sketsa didominasi oleh percakapan sepasang tokoh. Sketsa pertama menampilakan wawancara antara seorang wartawan senior Janine dengan Irving senator muda yang sedang naik daun. Sketsa kedua menampilkan seorang dosen idealis profesor Malley yang berusaha menumbuhkan kembali semangat belajar seorang mahasiswanya yang sebetulnya cemerlang namun malas. Dan sketsa terakhir dan juga yang menjadi benang merah kedua sketsa sebelumnya adalah mengenai Arian dan Ernest sepasang tentara amerika yang terjebak di wilayah musuh.


Janine diundang oleh senator Irving ke kantornya untuk melakukan wawancara eksklusif mengenai strategi terbaru, yang merupakan idenya sendiri, usaha amerika untuk memberantas terorisme. Ternyata ide Irving ini menurut Janine adalah ide lama yang pernah diterapkan di Vietnam yaitu mengorbankan beberapa peleton kecil kepada musuh sebagai tumbal yang nantinya menjadi alasan untuk melakukan ekspansi besar-besaran. Disinilah nurani Janine sebagai manusia harus berperang melawan profesionalisme nya sebagai jurnalis. Janine berdebat kencang dengan Irving mengenai strategi tersebut yang dinilai Janine sangat tidak manusiawi namun Irving punya argumennya sendiri bahwa sebenarnya diapun sedih harus mengorbankan tentara terbaiknya namun ini dilakukan untuk menyelamatkan nyawa jutaan rakyat amerika.


Todd si mahasiswa cerdas namun malas sedang menghadap profesor Malley dosennya. Malley berusaha menasihati Todd agar tidak membuang-buang potensinya dengan lebih serius belajar tapi Todd selalu ngeles dengan memberikan banyak sekali alasan. Hingga akhirnya profesor Malley bercerita tentang 2 orang mahasiswanya Ernest dan Arian, keduanya berasal dari keluarga imigran yang miskin bisa kuliah karena beasiswa tapi uniknya bukan berasal dari akademis melainkan olahraga karena itu sebetulnya secara akademis mereka tidak secerdas Todd namun mereka mempunyai semangat tinggi untuk menuntut ilmu. Pada suatu sesi perkuliahan mahasiswa ditantang profesor Malley untuk melakukan sesuatu yang berguna dalam hidup, Ernest dan Arian melakukan sesuatu yang mengejutkan sang profesor yaitu mendaftarkan diri menjadi tentara. Sebetulnya profesor Malley tidak setuju dengan ide keduanya namun Arian dan Ernest berkeras kalau mereka serius untuk mewujudkan ide tersebut karena sebagai kaum imigran mereka ingin berguna bagi amerika. Dan satu lagi alasan yang behasil menskakmat sang dosen adalah mereka berharap setelah pulang dari perang nanti mereka akan bisa kuliah S2 atas biaya angkatan bersenjata karena mereka tidak mampu membiayai sendiri kuliah S2 yang mahal tersebut. Cerita Malley tentang semangat Ernest dan Arian mulai bisa menggerakan pola pikir Todd agar bisa membuat dirinya berguna.


Jauh di Afganistan sana sepeleton pasukan amerika yang sedang terbang dibombardir tembakan oleh pasukan Taliban. Serangan ini membuat seorang tentara yang ternyata adalah Ernest jatuh dalam keadaan terluka, Arian sang sahabat memilih untuk melompat dari helikopter demi sahabatnya. Keduanya jatuh ditengah gurun salju dan dikepung oleh tentara Taliban. Ernest dan Arian ternyata termasuk pasukan amerika yang menjadi tumbal atas ide sentor Irving. Dalam keadaan terluka dan berada di tengah kepungan musuh Ernest dan Arian saling mendukung untuk tetap survive dan tidak menyerah begitu saja. Sebetulnya komandan pasukan telah berusaha menyelamatkan mereka namun cuaca buruk menghambat usaha penyelamatan tersebut. Akhirnya ketika amunisi telah habis dan pasukan Taliban makin mendekat, Ernest dan Arian sadar kalau mereka akan mati namun mereka ingin mati dengan cara yang terhormat. Adegan ini sangat mengharukan karena digambarkan Arian membantu Ernest untuk berdiri karena mereka ingin dalam keadaan berdiri ketika harus berhadapan dengan peluru-peluru pasukan Taliban.


Secara ide cerita memangg bagus namun ambisi yang besar rupanya tidak didukung oleh durasi yang mumpuni sehingga ceritanya jadi nanggung. Ketika penonton masih bertanya-tanya tiba-tiba penonton dikejutkan oleh berakhirnya film. Mungkin karena film ini lebih banyak didominasi oleh dialog daripada aksi jadinya akan sangat berat bagi para pemainnya untuk mengahafal dialog apabila dibuat hingga 3 jam. Jadi untuk endingnya penonton disuruh untuk membuat kesimpulannya sendiri, memang agak mengecewakan. Menurutku sketsa terbaik dari film Lions for Lambs ini adalah sketsa milik Ernest dan Arian karena sketsa mereka mengenai persahabatan sebetulnya sederhana namun sangat membumi dan lebih dapat memberikan kesan dibandingkan dengan sketsa Janine-Irvine yang sangat amerika dan sketsa Malley dan Todd yang agak membosankan. Kesetiakawanan Arian membuat dirinya yang sebetulnya bisa selamat nekat terjun untuk menemani sahabatnya Arian yang terluka di wilayah musuh.

Tidak ada komentar: