Jumat, 23 November 2007

Ibu Lelly dan IBu Kurni - Pendekar Bahasa Indonesia

Setiap kali mengalami kesulitan dalam menyusun sebuah kalimat ketika membuat tulisan dalam blog aku jadi teringat kepada dua orang guru bahasa Indonesia yang pernah mengajar aku, tanpa bermaksud mengesampingkan peran guru bahasa Indonesia lain yeng pernah mengajariku. Keduanya adalah ibu Lelly Yulianti Spd guru bahasa Indonesia di SMA dan ibu Kurni Setyawati Spd MM dosen bahasa Indonesia waktu kuliah dulu. Yang membuat aku selalu ingat kepda mereka karena keduanya selalu menekankan prinsip kalau pelajaran bahasa Indonesia sangat perlu dan tidak kalah penting dengan pelajaran fisika, matematika atau bahasa Inggris. Maka tidak heran kalau ditangan mereka pelajaran bahasa Indonesia juga jadi serumit pelajaran fisika.
Bu Lelly sangat menyukai sastra sehingga sering kali aku mendapatkan tugas mengarang puisi dan menyusun sebuah prosa. Atau tidak jarang kita diberikan tugas untuk menganalisa makna dari suatu puisi karya sastrawan terkenal yang kata-katanya bersayap-sayap dan "ajaib". Sebagian besar siswa SMAku yang memang jago di bidang eksakta sering kali mati kutu dalam pelajaran bahasa Indonesia, mereka bilang mendingan menganalisa soal-soal fisika daripada disuruh menganalisa puisi. Aku yang dari SD dulu tidak menyukai pelajaran mengarang atau kegiatan tulis-menulis lainnya tentu saja sangat membenci pelajaran bahasa Indonesia saat itu. Jadi ngga heran kalau nilai bahasa Indonesiaku ketika jadi muridnya bu Lelly sangat minim bahkan kalah oleh nilai matematikaku. Memang benar nasihat orang-orang yang bilang jangan terlalu benci nanti malah cinta buktinya sekarang aku jadi gemar menulis di blog.
Bu Kurni lain lagi modelnya, beliau ini boleh dibilang sebagai polisi bahasa karena sangat menjunjung tinggi penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah perbahasaan yang berlaku. Tidak jarang dalam bu Kurni sering mengkoreksi langsung penggunaan bahasa mahasiswa yang salah ketika berbicara, mungkin bu Kurni sangat mengidolakan Pak Jus Badudu. Bu Kurni memang tidak terlalu menyukai sastra seperti bu Lelly namun bukan berarti aku bisa bernafas lega lantaran bu Kurni punya hobi memberikan tugas yang nampak sederhan namun sebetulnya susah yaitu menjelaskan arti suatu kata. Contohnya seperti "becak" yang bila di deskripsikan menjadi "Alat transportasi beroda tiga yang digerakan oleh tenaga manusia dengan cara dikayuh". Untuk mendeskripsikan kata benda masih gampang karena bisa kita bayangkan bentuknya yang susah kalau sudah harus mendiskripsikan kata sifat atau kata kerja. Biasanya kalau mendapat tugas seperti ini para mahasiswa berbondong-bondong mengunjungi perpustakaan untuk menyontek kamus besar bahasa Indonesia. Saat itu aku sering bersungut-sungut sendiri karena sebagai bukan mahasiswa jurusan sastra Indonesia kenapa harus sebegitu seriusnya belajar bahasa Indonesia. Sama seperti waktu diajar bu Lelly, nilai mata kuliah bahasa Indonesiaku juga minim tapi syukurlah masih dapet C jadi tidak perlu mengulang lagi.
Ada lagi kesamaan antara bu Lelly dan bu Kurni yaitu mereka berdua sama-sama sangat keras dalam menegakan disiplin para siswa. Jangan harap bisa masuk kelas apabila datang terlambat ketika pelajaran bahasa Indonesia walau hanya beberapa menit saja sehingga keduanya jadi cukuip disegani. Mungkin karena keduanya sangat disiplin sehingga karir keduanyapun tidak hanya jadi sebatas guru atau dosen saja namun juga menduduki posisi yang lumayan tinggi di institusi pendidikannya yang anehnya agak-agak mirip. Bu lelly menjabat sebagai Wakasek atau Wakil Kepala Sekolah sedangkan bu Kurni adalah Purek atau Pembantu Direktur. Pembantu Direktur di tempat kuliahku dalah jabatan yang sama seperti Pembantu Rektor di Perguruan Tinggi lain. Entahlah apa hubungannya antara penggunaan bahasa Indonesia yang baik dengan kedisiplinan dan kelancaran karirtapi begitulah kenyataannya.
Dulu aku memang membenci setengah mati pelajaran bahasa Indonesia dibawah bimbingan kedua guru tersebut tapi sekarang justru aku menyesal karena dulu aku tidak begitu serius menyimak pelajaran mereka. Seandainya dulu aku mau lebih bekerja keras dalam pelajaran bahasa Indonesia bu Lelly yang mengagungkan sastra tentunya isi blogku saat ini pasti bisa lebih indah untuk disimak serta lebih kaya dengan bahasa yang lebih puitis. Dan begitu juga kalau mata kuliah bahasa Indonesia bu Kurni lebih aku simak maka penggunaan bahasa Indonesiaku dalam blogku ini lebih benar yang terangkai dalam susunan kalimat yang rapi dengan mengikuti kaidah SPO.

Tidak ada komentar: