Minggu, 06 April 2008

Boikot

Pada pertengahan tahun nanti kembali akan diselenggarakan kegiatan perlombaan olahraga multi event sedunia alias olimpiade. Tahun ini negeri China atau tepatnya kota Beijing mendapatkan kehormatan untuk menjadi tuan rumah kegiatan peninggalan jaman Yunani kuno ini. Penunjukan China sebagai tuan rumah olimpiade bukannya mulus tapi harus melalui berbagai kontroversi tanpa henti. Diawali oleh kesangsian dunia barat akan kelayakan kondisi udara maupun fasilitas pendukung lainnya. Namun berkat kerja keras pemerintah yang didukung oleh rakyatnya sendiri masalah teknis tersebut dapat dilewati. Hanya tinggal hitungan bulan sebelum api olimpiade dinyalakan di kaldron sebagai pertanda resminya olimpiade dimulai muncul kembali kontroversi yang bukan tidak mungin akan mengganggu kemeriahan kegiatan olimpiade kali ini.


Event besar yang akan mengundang perhatian seluruh umat manusia sedunia ini dimanfaatkan oleh warga Tibet untuk melancarkan aksi protes. Tibet yang selama ini dikuasai China kembali berkoar-koar untuk menuntut kemandiriannya. Aksi protes keras warga Tibet ini dibalas dengan tindakan yang tak lebih keras dari pasukan keamanan China sehingga menimbulkan banyak korban jiwa. Dunia mengecam tindakan petugas keamanan China dalam memadamkan aksi protes warga Tibet tersebut. Sebuah situasi yang mengingatkan akan kasus antara Indonesia dan Timtim beberapa taun lalu. Merasa mendapatkan angin, Tibet menyarankan negara-negara lain memboikot olimpiade seperti yang dilakukan Amerika Serikat pada olimpiade Moskow tahun 1980. Namun untungnya banyak negara yang walaupun mengutuk tindakan kekerasan China tapi menyatakan tetap akan ikut serta dalam olimpiade. Sesungguhnya memang antara olahraga dan politik ada 2 hal yang berbeda.


Tahukah anda kalau kata boikot atau dalam bahasa Inggrisnya boycott sebetunya adalah nama orang yaitu Kapten Charless Boycott. Boycott mengajarkan sebuah cara bagi kaum lemah untuk melawan golongan yang lebih kuat. Namun dalam perkembangannya boycott atau boikot ini lebih sering dijadikan salah satu alat politik yang ampuh. China juga bukan kali ini saja mengalami ancaman boikot tapi yang sebelumnya adalah boikot dalam bidang ekonomi. Produk China yang murah meriah ternyata banyak yang disinyalir bisa membahayakan kesehatan manusia. Contohnya saja mainan made in China yang konon katanya menggunakan cat yang beracun. Langsung saja beramai-ramai banyak negara terutama Amerika Serikat melakukan boikot terhadap produk-produk buatan negeri tirai bambu. Sebetulnya esensi dari boikot AS terhadap produk China tersebut lebih bersifat poitis sebab AS merasa terancam oleh kebangkitan ekonomi China yang sangat pesat.

Kalau di Indonesia soal boikot memboikot ini juga ngga ketinggalan. Mulai dari melakukan boikot pilkada lantaran calon jagoannya tidak lolos seleksi sampai boikot produk Amerika untuk menunjukan ketidaksetujuan atas tindakan agresi AS ke Irak. Lucunya banyak juga demonstran yang ngakunya melakukan boikot produk Amerika tapi sambil merokok Marlboro dan sepulang demo bersantai sambil nonton tayangan film hollywood yang diputar di TV. He..he... Boikot yang cuma sok-sokan saja.

Tidak ada komentar: