"Being 20 Something is Hard" sebetulnya adalah novel berbahasa Indonesia karya Dewi Pravitasari. Aku tertarik membeli novel ini karena masalah yang dibahas menarik yaitu mengenai quarter life crisis yang umumnya dialami oleh cewek-cewek umur 20-29 tahun dimana saat ini aku juga sedang berada dalam masa tersebut. Ekspektasi aku ketika membeli baca buku ini lumayan besar juga dengan berharap bisa bercermin diri dengan apa yang terjadi dalam kisah buku tersebut. Terus terang akibat membaca buku ini aku jadi sadar kalau aku juga saat ini sedang mengalami quarter life crisis, di usia seperti ini kita sudah telah tumbuh dewasa dan sibuk membentuk eksistensi diri namun di sisi lain banyak pihak yang sibuk meributkan kapan kita akan melangkah ke jenjang pernikahan. Pinginnya sih karir dan kehidupan asmara berjalan lancar dan sempurna pokoknya semuanya ideal namun kenyataannya sering tidak sesuai dengan harapan.
Walaupun setting waktu yang digunakan melompat-lompat dari masa kini lalu ke masa lampau balik lagi ke masa sekarang dan diakhiri dengan masa depan, buku ini tetap lumayan mudah untuk diikuti. Sang tokoh utama Sara adalah seorang psikolog muda yang berusia menjelang 30 tahun namun masih belum menikah juga. Secara fisik oke banget, karirnya juga cukup bagus dan sebetulnya banyak cowok-cowok yang naksir padanya namun hatinya yang terluka dimasa lalu masih belum sembuh sehingga membuatnya malas untuk berkomitmen. Pada suatu hari tiba-tiba datang sebagai kliennya sang mantan pacar yang pernah menyakitinya dulu. Kejutan tidak cuma itu di hari yang sama ketika sedang kumpul-kumpul bareng teman, Sara kembali berjumpa kembali dengan laki-laki yang dianggap sebagai cinta matinya. Kedua laki-laki yang pernah mengisi hati Sara tersebut kebetulan kakak-adik sehingga membuat masalah makin runyam. Penyebab bubarnya hubungan cinta Sara dengan sang mantan pacar karena ngebetnya Sara untuk menikah namun si laki-laki masih belum siap karena merasa masih ingin mngejar karir. Akibat gencarnya Sara mengejar "pertanggungjawaban" sang pacar membuat si laki-laki pusing kepala, alih-laih memberi kepastian kepada Sara malah melakukan perselingkuhan yang ternyata dipergoki oleh Sara. Setelah putus dengan sang pacar Sara menjadi "numb" dengan laki-laki apalagi kalau sudah menyangkut masalah pernikahan. Pertemuan kembali denga kedua laki-laki itu sedikit demi sedikit mulai melunturkan hati Sara. Setelah kembali mengalami berbagai peristiwa yang pahit akhirnya Sara dapat menemukan cinta yang sesungguhnya dan berhasil membangun rumah tangga yang diidam-idamkannya tapi denga laki-laki yang selama ini tidak pernah dia sangka. Memang istilah jodoh itu di tangan Tuhan dibuktikan dalam kisah di buku ini.
Sebetulnya buku "Being 20 Something is Hard" ini cukup sukses mengangkat issue quarter life crisis, beberapa kali aku merasa tertohok ketika membaca beberapa bagiannya. Pengarangnya yang memang cewek yang sedang dalam masa quarter life crisis memang betu-betul memahami dunia cewek hingga mendetail. Namun secara cerita ada ganjalan yang kurang yaitu banyaknya kejadian-kejadian yang terjadi secara kebetulan yang membuatnya mirip dengan kisah di sinetron Indonesia. Selain itu sang tokoh utama digambarkan terlalu sempurna berwajah cantik, seksi, karir cemerlang, pintar, supel, dan anak orang kaya pula, maka ngga heran kalau sebetulnya dia banyak yang naksir. Rasa-rasanya dengan bekal yang sangat sempurna seperti apa dimiliki sang tokoh utama rasa-rasanya masa quarter life crisis bisa dillewati dengan baik-baik saja. Mungkin akan lebih bermakna dalam bagi pembacanya bila sang sosok utama hanyalah wanita biasa saja atau bahkan yang sedikit memiliki kekurangan sehingga ketika harus melewati masa quarter life crisis benar-benar sebuah perjuangan besar. Tapi secara keseluruhan cukup menghibur juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar