Selasa, 15 Januari 2008

O, Tempe, where art thou?

Tempe dan tahu hilang dari pasaran!!!! Kok bisa??? Kata berita di media massa para pengrajin tempe dan tahu sedang berdemo dan mogok berproduksi lantaran harga kacang kedelai melambung naik. Kenaikan harga bahan baku tempe dan tahu yang sangat besar membuat para pengrajin menjadi merugi. Gara-gara berita ini aku baru tahu ternyata kedelai yang dibuat untuk tempe dan tahu adalah import dari Amerika, walah ternyata selama ini tempe yang kita kira makanan asli Indonesia ini ternyata adalah makanan blasteran lantaran bahan bakunya dari luar negeri sana pantesan aja bisa dicolong sama Malaysia.

Tempe selama ini sering disebut sebagai makanan rakyat karena harganya yang murah namun gizinya cukup tinggi. Tempe bisa dikatakan adalah bahan makanan yang dapat diolah menjadi apa saja mulai dari yang hanya digoreng biasa hingga dibuat makanan unik asli daerah seperti sambal tumpang atau mendoan bahkan sudah dimodifikasi jadi makanan modern seperti burger tempe atau spaghetti sauce tempe. Saking merakyatnya bahkan sampai-sampai timbul istilah mental tempe, istilah mental tempe ini orang yang punya mental lemah. Entah siapa yang menciptakan istilah ini? dan apa juga hubungannya sama tempe? Ngga jelas apakah karena tempe empuk atau tempe busuk.


Fakta yang mengungkapkan bahwa kedelai untuk membuat tempe adalah berasal dari Amerika kayanya bakalan menaikan strata sosial tempe dari tadinya makanan rakyat yang murah meriah menjadi makanan eksklusif yang mahal. Mungkin kalau selama ini orang-orang kaya yang pola hidupnya western minded ngga mau makan tempe sekarang bakalan memasukan tempe dalam menu makanan mereka sehari-hari disamping steak, sandwich dan sebagainya. Kasian banget ya orang-orang miskin Indonesia makin sedikit aja pilihan lauk yang dapat dibeli. Kenapa juga kita harus import kacang kedelai dari Amerika, kaya Indonesia ngga bisa nanam kedelai aja. Padahal katanya Indonesia negara subur bahkan menurut istilah tongkat kayu aja kalau ditancapkan ke tanah bisa jadi pohon. Barangkali para petani sudah malas menanam kedelai dan memilih menanam pohon Anthurium atau Adenium yang jauh lebih menguntungkan daripada bertani kedelai.


MURI pernah mencatat sebuah rekor yang rasanya perlu dibudidayakan untuk mengatasi krisis yaitu rekor pupuk yang dapat membuat tanaman kedelai menjadi super besar dan sangat produktif seperti yang terdapat di situs MURI http://www.muri.org/rekor/025.html


"1220. PENEMU PUPUK BIO P 2000 Z YANG DAPAT MENGHASILKAN KEDELAI TERTINGGI 3,8 METER DENGAN JUMLAH BUAH TERBANYAK (2.300 POLONG)Pemegang Rekor : PT. Alam Lestari Maju IndonesiaTanaman kedelai (di dunia sangat besar baik) memiliki ciri : berdaun 3 (trifdiolatus), batang beruas tempat polong buah, bentuknya perdu, batang dan buah diselimuti bulu halus, memiliki bintil akar yang kaya nitrogen
(N2), buah berbentuk polong, biji berwarna kuning, coklat atau hijau yang kaya
akan protein dan gula.Pada umumnya tanaman ini di Indonesia memiliki tinggi
rata-rata 50-75 cm dan maksimal tidak lebih dari 100 cm dengan polong pertamanan
berkisar antara 20-70 buah dengan berat 11-18 gr per 100 biji.Penemuan
revolusioner spektakuler ini oleh penemunya bernama Ali Zum Mushar yang disebut
teknologi “BIO PERFORASI” yang dikenal dengan teknologi Hayati Bio P2000Z.
Dengan ditemukannya pupuk ini mampu menghasilkan pohon kedelai setinggi 3,8
meter dengan jumlah buah terbanyak 2300 polong.Penyerahan piagam berlangsung di
Puspitek Serpong – Tangerang pada tanggal 11 Agustus 2004."


Seandainya prestasi ini dikembangkan bukan hanya sekedar dicatat dalam MURI saja mungkin masalah mahalnya kacang kedelai import bisa teratasi dengan mengembangkan kedelai lokal, jadi tempe bisa kembali menjadi makanan rakyat yang murah dan mudah didapat. Keuntungannyapun bisa berlipat selain memberi penghasilan kepada pengrajin tempe juga memberi penghasilan kepada petani lokal. Tempe oh tempe where art thou?

Tidak ada komentar: