Minggu siang aku berada dalam mikrolet menuju Toko Buku Gramedia Matraman, saat itu supir mikrolet nampak berbahagia lantaran penumpangnya penuh dan di depan dia ditemani 2 orang perempuan cakep (salah satunya aku). Sambil mendengarkan lagu disco dangdut dari sebuah radio spesialis pemutar lagu dangdut sang supir benyanyi-nyanyi dengan gembira tapi ketika sedang asyik bernyanyi tiba-tiba radio tersebut memotong lagu yang sedang diputar untuk mengumumkan sebuah berita yang penting yaitu mengenai wafatnya Pak Harto. Kontan seisi mikrolet heboh, para penumpang langsung mendadak jadi akrab saling mengobrol satu sama lain dengan topik yang sama padahal sebelumnya tidak ada yang bersuara karena memang tak saling kenal. Walaupun sudah "ditunggu" kematiannya sejak lama, tapi berita di siang itu tetap bikin heboh masyarakat Indonesia, apalagi para jurnalis yang selalu setia menunggu Pak Harto di RSPP untuk mengabarkan kondisi terakhir Pak Harto.
Pada saat Pak Harto "berpulang" kemarin, jumlah wartawan yang berjaga-jaga di RSPP sudah mulai berkurang lantaran dalam beberapa hari belakangan tim dokter mengumumkan kalau kondisi Pak Harto mulai membaik. Keadaan ini berbanding terbalik dengan 2 minggu lalu dimana saat itu hampir semua saluran TV mengadakan breaking news lantaran tersiar kabar kalau Pak Harto kritis bahkan nafasnya sempat berhenti. Kehebohan wartawan saat itu tidak hanya di RSPP saja tapi sudah banyak yang nongkrong di Astana Giri Bangun seolah-olah sudah yakin benar kalau Pak Harto akan segera wafat. Padahal yang menentukan hidup-matinya seseorang hanya Yang Kuasa saja. Siang malam para jurnalis ini dengan setia "menunggui" Pak Harto di RSPP hingga ketika tersiar kabar keadaan Pak Harto mulai membaik, sedikit demi sedikit para wartawan angkat kaki dari RSPP.
Namun Sang Maha Kuasa punya keputusan lain, di hari minggu tanggal 27 Januari 2008, Pak Harto kembali krisis tapi kali ini hanya dalam hitungan jam beliau akhirnya berpulang ke pangkuan Sang Pencipta. Sudah bisa dipastikan para jurnalis kembali bergerak ke berbagai lokasi yang diperkirakan menjadi tempat dimana jenazah Pak Harto akan mampir. Sejak keterangan resmi mengenai kematian Pak Harto keluar hingga waktu dimakamkannya nyaris semua acara TV didominasi oleh aneka program yang berhubungan dengan Pak Harto. Mulai dari yang mengenang perjalanan Pak Harto hingga acara perbincangan yang membahas mengenai nasib kasus hukumnya.
Memang sih Pak Harto pernah jadi orang nomor satu di Indonesia hingga lebih dari tiga dekade tapi menurutku kegiatan media yang sepertinya berlomba-lomba meliput berita seputar kematian Pak Harto sepertinya agak berlebihan. Misalnya ketika jenazah Pah Harto akan dimasukan ke dalam mobil ambulance yang akan membawanya ke jalan cendana, para wartawan saling berdesak-desakan berusaha mengambil gambar. Kesannya sangat brutal sekali seperti bukan sedang meliput berita duka melainkan seperti sedang meliput berita kriminal saja. Siapapun juga pada saat orang tersebut meninggal sudah sepatutnya dihormati tapi bukan dengan cara ekspos yang berlebih-lebihan seperti Pak Harto kemarin. Seharusnya ada ruang pribadi dimana jenazah Pak Harto bisa disemayamkan dengan tenang sehingga pihak keluarganya bisa lebih leluasa melewati kebersamaan terakhir mereka.
Diantara berbagai pemberitaan media mengenai Pak Harto yang menurutku paling unik adalah tayangan sebuah gambar di MetroTV pada saat iring-iringin rombongan keluarga Pak Harto melewati serombongan pelajar yang menyambut di pinggir jalan, mungkin sosok Pak harto tidak terlalu melekat pada benak belia mereka sehingga bukan Pak Harto yang dieluk-elukan tapi mereka malah berteriak-teriak "Mas Panji... Mas Panji....". He..he... sudah dipastikan ini pasti kelakukan para abg cewek yang ngefans terhadap sosok cucu Pak Harto yang memang ganteng itu. Kalau penggemar mas Panji sih bukan cuma kalangan abg dari daerah saja, beberapa seleb muda ibukota pun banyak yang tidak keberatan menjadi gandengan Panji walaupun cuma sebentar lalu kalau mas Panji bosan dicampakan lagi.
Jenazah eyang mas Panji memang sudah dimakamkan, RSPP juga sudah ditinggalkan para wartawan, jadi mau apa selanjutnya? Selanjutnya para wartawan bisa pulang kembali ke rumah masing-masing dan keluarga akan menyambut mereka dengan lega sambil mengatakan " Akhirnya selesai juga...".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar