Minggu, 24 Februari 2008

Iklan Rokok

Di beberapa banyak Negara Eropa, saat ini telah dilakukan pembatasan iklan rokok dalam ruang publik. Sebagai contoh, di ajang formula 1 yang memang dipenuhi berbagai macam pesan sponsor, untuk gelaran balap di tanah eropa banyak yang harus menanggalkan sponsor rokok dari mobil maupun pakaian pembalapnya. Dan beberapa tahun lagi malah sponsor rokok harus benar-benar hilang dari tim-tim peserta F1 dimanapun mereka membalap. Tujuan pembatasan iklan rokok ini konon untuk mengurangi jumlah perokok terutama di kalangan kaum muda karena rokok dituduh sebagai biang kerok munculnya berbagai penyakit pembawa kematian seperti kanker paru.

Baiklah kita tinggalkan eropa mari kita tengok kenyataan yang ada di Indonesia yang tercinta ini. Di Indonesia , pembatasan iklan rokok cuma wacana saja, dulu memang berjalan iklan rokok boleh tayang di TV sesudah jam tertentu namun seperti sekarang tidak berlaku lagi. Harus diakui iklan rokok memberikan pemasukan yang cukup besar bagi media-media di Indonesia dengan berbagai macam iklan yang tak jarang berdurasi sangat panjang buat media audio-visual dan iklan dalam 1 halaman penuh bagi media cetak. Pemerintah daerah juga sudah pasti akan mengakui kalau pendapatan pajak dari spanduk maupun baliho berukuran besar yang berisi iklan-iklan rokok menjadi sumber pendapatan daerah yang penting.

Kalau sampai pelarangan iklan rokok terjadi di Indonesia, bias dibayangkan betapa sepinya kehidupan masyarakat Indonesia. Mulai dari berbagai pentas musik baik artis lokal maupun artis impor disponsori oleh rokok, lalu jangan lupakan festival jazz terbesar di Indonesia bisa terselenggara berkat sponsorship sebuah produk rokok. Di bidang olahraga jangan dikata lagi, bahkan nama produsen rokok bisa menjadi nama resmi liga Indonesia dan juga copa sepakbola Indonesia. Bulutangkis yang jadi olahraga andalan Indonesia, pembinaan atlet mudanya dibiayai oleh sebuah produsen rokok. Sponsor rokok tidak hanya terdapat pada event-event kelas kkap saja tapi juga merambah event kecil seperti acara 17 agustusan di kampung dan bahkan acara pentas seni di kampus-kampus.

Tadi malam saja ketika sedang menonton tayangan film bioskop di sebuah stasiun TV, ketika jeda iklan aku iseng-iseng menghitung jumlah iklan rokok yang ditayangkan, ternyata jumlahnya cukup banyak sekitar 6-7 buah atau nyaris setengah dari jumlah iklan yang ditayangkan dalam sekali jeda dalam acara tersebut. Wow, terbukti sekali rokok jadi nafas kehidupan rakyat Indonesia. Memang sih iklan rokok yang ditayangkan di TV sudah tidak secara eksplisit memperlihatkan adegan merokok lagi malah cenderung menjadi iklan-iklan kreatif yang menyindir keadaan bangsa saat ini. Tak jarang juga iklan rokok dibuat dalam bahasa visual yang simbolis, jadi nampaknya tidak nyambung dengan produk yang ingin diiklankan tapi sebetulnya ada makna lain dibalik iklan tersebut.

Dari banyak iklan rokok yang aku lihat semalam, ada satu iklan yang menurutku sangat menarik yaitu iklan yang menggambarkan beberapa pemuda sedang main bola di jalan lalu bolanya jatuh kesebuah taman yang terdapat sebuah papan larangan dengan tulisan “Dilarang Menginjak Rumput”. Salah satu tokoh dalam iklan tersebut terlihat menangis sedih tapi ada temannya yang punya ide cemerlang yaitu menggunakan papan larangan tersebut untuk mengambil bola mereka. Aku ngga tahu maksud kreator iklan tersebut tapi menurutku iklan tersebut sangat menarik paling tidak menurut interpretasiku. Aku menginterpretasikan iklan tersebut sebagai sebuah sindiran bagi masyarakat konsumen rokok. Seperti yang kita tahu, disemua bungkus rokok sudah jelas-jelas dipasang peringatan bahaya merokok tapi sepertinya peringatan itu tidak berarti apapun bahkan jumlah perokok cenderung meningkat. Dalam iklan tersebut peringatan bahaya merokok disimbolkan dengan papan peringatan dilarang menginjak rumput yang ironisnya papan tersebut digunakan untuk mengambil bola yang jatuh ke rumput. Kalau orang lain yang melihat iklan tersebut belum tentu akan sama interpretasi dengan aku karena setiap orang punya cara pandang yang berbeda terhadap iklan penuh simbolis seperti iklan rokok ini.

Tidak ada komentar: