Jakarta terapung, Jakarta punya monorail, OK!!" begitu ucap seorang kakek dalam sebuah iklan portal penyedia informasi. Iklan tersebut kerap ditayangkan di stasiun TV swasta yang satu grup dengan portal tersebut. Lalu masih dalam bagian iklan yang sama, ada seorang pemuda yang nampak kebingungan bertanya "Apanya sih yang ok-ok?". Pertanyaan pemuda tersebut memang ada benarnya jika melihat kondisi beberapa hari ini, seharusnya iklan tersebut diakhiri dengan kalimat seperti ini : " Apanya yang sih yang ok, kalau terjadi kemacetan dimana-mana akibat jalanannya tergenang banjir sementara proyek pembangunan monorail makin ngga jelas aja nasibnya".
Ya, Jakarta kembali diserang banjir, jalanan terendam sehingga otomatis lalu lintas lumpuh. Bus Transjakarta yang biasanya jadi andalan dikala macet juga tidak berdaya melawan banjir. Para pengguna angkutan umum banyak yang terlantar akibat kendaraan umum yang biasanya mereka tumpangi menghilang karena terjebak kemacetan atau tak sedikit yang mogok. Sebetulnya monorail apabila benar-benar terwujud bisa jadi dewa penyelamat karena posisi monorail yang berada diketinggian tentunya akan terbebas dari banjir. Namun apa lacur, proyek pembangunan monorail kini malah berhenti tanpa alasan yang jelas. Proyek monorailyang tidak tuntas ini malah makin memberikan andil dalam parahnya kemacetan jakarta.
Jalan-jalan protokol di Jakarta berubah jadi sungai-sungai baru bahkan seorang presiden SBY pun harus berhujan-hujan ketika terpaksa pindah dari mobil dinasnya yang berjenis sedan ke sebuah mobil SUV yang tinggi. Begitu tingginya genangan di kawasan dekat Sarinah tersebut membuat mobil dinas Prrsiden tidak dapat melewatinya. Padahal selama ini sebagai orang nomor satu di negeri ini, presiden selalu mendapatkan prioritas utama dalam urusan perlalu-lintasan namun kali ini beliau harus takluk oleh "berkah" dari alam.
Departemen Pariwisata telah mencanangkan tahun 2008 ini jadi tahun kunjungan wisata Indonesia tapi bagaimana wisatawan asing mau datang ke Indonesia kalau mau keluar dari bandara saja sulit karena akses jalannya terendam banjir... Menurut pakar pengembangan diri, kita kalau mau maju harus mengubah sesuatu yang negatif menjadi positif, maka banjir jakarta yang rupanya sekarang jadi agenda tahunan bisa dimanfaatkan untuk jadi andalan wisata pariwisata Indonesia, terutama Jakarta. Kalau di Monaco jalanan kota setahun sekali diubah jadi sirkuit untuk balap F1 yang bisa mendatangkan banyak turis maka hal ini bisa ditiru Jakarta dalam bentuk lain yaitu wisata kota air macam di Venezia. Jalanan yang dijadikan sirkuit kan sudah biasa, nah kalau jalan raya berubah jadi sungai baru luar biasa. Bisa dipastikan hal ini cuma ada di Indonesia, dimana lagi kita bisa melihat pemandangan kota metropolitan dengan menggunakan gondola? Bahkan di Venezia saja yang kita lihat hanyalah bangunan tradisional bukan gedung-gedung modern bertingkat seperti Jakarta. Lumayankan devisanya untuk menambah-nambah kas negara, aman tahu pendapatan dari wisata air tesebut bisa dialirkan untuk subsidi pendidikan atau untuk subsidi tempe...
Ya, Jakarta kembali diserang banjir, jalanan terendam sehingga otomatis lalu lintas lumpuh. Bus Transjakarta yang biasanya jadi andalan dikala macet juga tidak berdaya melawan banjir. Para pengguna angkutan umum banyak yang terlantar akibat kendaraan umum yang biasanya mereka tumpangi menghilang karena terjebak kemacetan atau tak sedikit yang mogok. Sebetulnya monorail apabila benar-benar terwujud bisa jadi dewa penyelamat karena posisi monorail yang berada diketinggian tentunya akan terbebas dari banjir. Namun apa lacur, proyek pembangunan monorail kini malah berhenti tanpa alasan yang jelas. Proyek monorailyang tidak tuntas ini malah makin memberikan andil dalam parahnya kemacetan jakarta.
Jalan-jalan protokol di Jakarta berubah jadi sungai-sungai baru bahkan seorang presiden SBY pun harus berhujan-hujan ketika terpaksa pindah dari mobil dinasnya yang berjenis sedan ke sebuah mobil SUV yang tinggi. Begitu tingginya genangan di kawasan dekat Sarinah tersebut membuat mobil dinas Prrsiden tidak dapat melewatinya. Padahal selama ini sebagai orang nomor satu di negeri ini, presiden selalu mendapatkan prioritas utama dalam urusan perlalu-lintasan namun kali ini beliau harus takluk oleh "berkah" dari alam.
Departemen Pariwisata telah mencanangkan tahun 2008 ini jadi tahun kunjungan wisata Indonesia tapi bagaimana wisatawan asing mau datang ke Indonesia kalau mau keluar dari bandara saja sulit karena akses jalannya terendam banjir... Menurut pakar pengembangan diri, kita kalau mau maju harus mengubah sesuatu yang negatif menjadi positif, maka banjir jakarta yang rupanya sekarang jadi agenda tahunan bisa dimanfaatkan untuk jadi andalan wisata pariwisata Indonesia, terutama Jakarta. Kalau di Monaco jalanan kota setahun sekali diubah jadi sirkuit untuk balap F1 yang bisa mendatangkan banyak turis maka hal ini bisa ditiru Jakarta dalam bentuk lain yaitu wisata kota air macam di Venezia. Jalanan yang dijadikan sirkuit kan sudah biasa, nah kalau jalan raya berubah jadi sungai baru luar biasa. Bisa dipastikan hal ini cuma ada di Indonesia, dimana lagi kita bisa melihat pemandangan kota metropolitan dengan menggunakan gondola? Bahkan di Venezia saja yang kita lihat hanyalah bangunan tradisional bukan gedung-gedung modern bertingkat seperti Jakarta. Lumayankan devisanya untuk menambah-nambah kas negara, aman tahu pendapatan dari wisata air tesebut bisa dialirkan untuk subsidi pendidikan atau untuk subsidi tempe...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar