Menyimak persidangan kasus pembunuhan terhadap aktivis HAM Munir yang penuh lika-liku konspirasi tingkat tinggi serta bebagai intervensi dari pihak tertentu rasanya seperti sedang membaca salah satu kisah karya John Grisham. Memang dibelahan bumi manapun kisah konspirasi pembunuhan seperti ini sudah jamak terjadi. Aku tidak akan terlalu membahas seputar persidangan yang njelimet tersebut tapi aku mau membahas secuil kisah drama romatisme yang terjadi selama persidangan tersebut. Tokoh utama dalam drama tersebut adalah 2 orang wanita yang mendadak menjadi ikutan ngetop gara-gara perbuatan suami-suami mereka. Keduanya adalah Suciwati (istri alm. Munir) dan Josepha Herawati Iswandari alias Hera (istri tersangka Pollycarpus).
Sebelum kasus ini menyeruak siapa sih yang kenal terhadap kedua wanita tersebut? Palingan hanya sanak saudara dan kaum kerabat mereka saja, tapi sekarang hampir orang se-Indonesia kenal mereka padahal mereka bukan berasal dari kalangan selebritis. Nama Suciwati muncul terlebih dahulu, ketika Munir ditemukan meninggal semua media pasti akan menyorot jandanya. Suciwati tidak rela kasus kematian suaminya menguap begitu saja, dengan gigih ia berjuang untuk menyeret para pelaku serta dalang dibalik kematian Munir. Sementara Hera baru muncul belakangan ketika sang suami Pollycarpus didakwa menjadi tersangka utama pelaku peracunan terhadap Munir. Tidak seperti kebanyakan istri-istri para tersangka tindakan kriminal yang memilih bersembunyi diluar kota atau di luan negeri, Hera dengan gagah perkasanya tetap setia mendampingi sang suami. Hampir mirip denga Suciwati, Hera juga berjuang untuk membela kebenaran yang diyakininya. Rupanya janji untuk setia pada pasangan yang mereka ucapkan waktu pernikahan dulu begitu kuat menempel pada sanubari kedua wanita tegar ini.
Selama layaknya sebuah drama tentu ada tokoh protagonis dan antagonisnya. Tokoh protagonis tentu saja menjadi milik Suciwati sebagai pihak yang menjadi korban. Ditinggal mati suami tentu sebuah pukulan berat bagi seorang istri namun Suciwati tidak larut dalam kesedihan, segala keperihan hatinya dia salurkan menjadi sebuah tekad untuk terus berjuang mengungkap segala fakta yang terkait dengan rencana pembunuhan suaminya. Tutur bicaranya yang lembut namun tegas membuat penonton TV dirumah akan jatuh hati padanya. Sementara Hera yang menjadi istri Pollycarpus sang tersangka pelaku peracunan terhadap Munir membuat posisinya menjadi sang tokoh antagonis. Peran antagonis Hera makin sempurna dengan gaya bicaranya yang keras dan cenderung emosional belum lagi kadang-kadang ia sering memaki wartawan sehingga membuat sosoknya jadi sulit dicintai penonton. Dan kebetulan pula nama kedua wanita tersebut sudah dapat mewakilkan peran yang mereka mainkan. Si protagonis bernama Suciwati, Suci biasanya berasosiasi dengan sesuatu yang sangat baik dan tidak ternoda, misalnya saja tanah suci atau orang suci. Sedangkan nama Hera segera mengingatkan aku tokoh antagonis dalam mitologi Yunani, Hera ibu tirinya Hercules mempunyai sifat sangat jahat dan selalu berusaha membunuh sang anak tiri dengan berbagai cara.
Tak jarang kedua wanita ini bertemu muka dalam persidangan, memang sih mereka tak pernah berkonflik terbuka secara langsung namun tak jarang keduanya berperang statement melalui media. Mungkin sekali-kali perlu juga keduanya dipertemukan dalam sebuah acara debat di stasiun TV pastinya akan seru dan penuh emosi terutama dari pihak Hera. Untuk acara debat seperti ini aku meyakini kalau Suciwati yang tenang dan nampak lebih cerdas akan menang lawan Hera. Kalau ada pemilihan "Istri Tersetia" diantara keduanya, dengan tidak bermaksud mengecilkan perjuangan Suciwati dalam mencari kebenaran, saya cenderung memilih Hera sebagai juara istri tersetia. Hera memang nampak jadi tokoh antagonis namun ketegarannya dalam membela kehormatan sang suami perlu diacungin jempol. Bayangkan saja bagaimana rasanya menjadi seseorang yang dicap jadi istri pembunuh, kalau ngga kuat mental bisa-bisa seorang wanita akan tega meninggalkan suaminya dengan pertimbangan hidup akan lebih mudah jadi janda daripada hidup dalam cercaan negatif masyarakat. Tapi menghianati suami bukan pilihan Hera. Dan satu lagi yang perlu diingat, Suciwati selalu mempunyai pendukung dari kalangan aktivis HAM dan teman-teman seperjuangan Munir sedangkan Hera nyaris berjuang sendirian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar