Kadang aku sering heran sendiri dengan kebetulan-kebetulan yang terjadi ketika membaca buku, seperti misalnya beberapa hari yang lalu ketika membaca sebuah chick-lit berjudul "The Wish List" ada seorang tokohnya yang membeli sebuah buku berjudul "Madame Bovary" dan anehnya judul buku tersebut kembali disebut-sebut dalam sebuah buku yang sekarang sedang aku baca yaitu "The General's Daughter". Menjadi kebetulan yang sangat aku ingat karena aku membaca "The General's Daughter" persis setelah membaca "The Wish List". Padahal kedua buku tersebut berasal dari 2 pengarang serta genre yang berbeda dan bahkan setting lokasinyapun di dua belahan dunia yang berseberangan. "The Wish List" adalah sebuah chick-lit karangan Melanie La'Brooy yang besetting di Australia sedangkan "The General's Daughter" adalah sebuah buku thriller berlatar belakang militer Amerika Serikat karya Nelson deMille.
Karena nama Madame Bovary ini tiba-tiba muncul secara berurutan maka aku jadi penasaran siapakah nyonya satu ini, kalau dari kesan yang aku tangkap dari kedua buku tersebut "Madame Bovary" ini seorang wanita mesum dari abad XIX. Secara penasaran aku coba googling nama Madame Bovary, ternyata ada sekitar 1.470.000 hit mengenai Madame Bovary dan sebuah link yang jelas-jelas menggunakan namanya http://www.madamebovary.com/. Dari link ini aku jadi tahu kalau Madame Bovary itu adalah sebuah novel karangan sastrawan Perancis Gustave Flaubert yang sempat menjadi kontroversi pada awal penerbitannya yaitu pada tahun 1850an. Namun walaupun mengundang kontroversi tapi "Madame Bovary" ini Disebut-sebut sebagai salah satu karya sastra yang penting dalam sejarah kesusastraan Perancis.
"Madame Bovary" mengisahkan tentang Emma Bovary seorang perempuan perancis yang sebetulnya telah menikah namun tidak merasa bahagia, untuk melupakan kesedihannya Emma Bovary melakukan hubungan terlarang dengan laki-laki lain. Sebetulnya sebuah kisah yang biasa untuk jaman sekarang namun tentu saja akan menjadi sebuah kejutan luar biasa bila kisah ini diterbitkan pada abad XIX dimana moral dan etika masih dijunjung tinggi. Pada masa itu belum ada tuh yang namanya emansipasi wanita, para istri harus nurut terhadap suami dan kegiatan para istri cuma bekerja di rumah serta menunggu suami pulang kerja atau perang. Keberanian Gustave Flaubert mengangkat kisah seorang wanita yang berselingkuh langsung menimbulkan kegegaran dalam masyarakat Perancis saat itu. Perbuatan Flaubert yang dianggap merusak moral dan etika sampai-sampai membuat sang pengarang nyaris masuk penjara, namun setelah melewati masa persidangan yang berlangsung hingga tahunan akhirnya buku "Madame Bovary" bisa beredar di masyarakat.
Tidak hanya sekedar menjadi bacaan kontroversial saja tapi "Madame Bovary" ini menjadi bukti dimana sebuah karya sastra bisa membuat sebuah perubahan besar dalam peradaban manusia. Buku "Madame Bovary" ini seolah membuka mata masyarakat Perancis saat itu bahwa tatanan sosial yang mereka anggap selama ini baik ternyata tidak senaif yang mereka bayangkan. Selain itu juga buku ini juga yang mengangkat pemikiran seputar persamaan hak antara suami istri ternyata bisa menjadi "whistle blower" terhadap issue emansipasi di Perancis. Jadi kesimpulan awalku yang dibuat berdasarkan dua buah buku yang aku baca ala seminggu ini tidak terlalu tepat, "Madame Bovary" bukanlah hanya seorang wanita Perancis abad XIX yang mesum tapi sebetulnya seorang penggerak emansipasi wanita Perancis. Ya miriplah dengan ibu Kartini di Indonesia cuma yang ini adalah tokoh fiktif.
Jadi tertarik nih pingin membaca buku "Madame Bovary" ini tapi sepertinya bakalan perlu perjuangan sebab pasti buku ini sangatlah berat. Wah sebuah tantangan baru yang harus dijadikan resolusi nih, baiklah kita cari waktu kapan aku punya libur agak lama supaya bisa konsen membaca kisah "Madame Bovary" ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar